Kemajemukan Berteriak Dari Dinding di Jakarta Selatan
Jalanan telah lama menjadi ruang populer bagi warga Jakarta untuk menyuarakan perhatian mereka mengenai berbagai isu, tetapi dalam sebuah terobosan baru sejumlah seniman menuangkan keprihatinan mereka terkait isu politik dan sosial ke dinding sepanjang 200 meter.
Terletak di Jl. Kebagusan Dalam, Jakarta Selatan, dinding telah menjadi media untuk mempromosikan nilai pluralism yang tampaknya mulai memudar di tengah meningkatnya ketegangan politik dalam negeri.
“Mengungkapkan (keprihatinan kami) melalui visualisasi seperti ini adalah yang terbaik, karena menyampaikan pesan yang halus tapi memaksa kepada orang-orang,” kata pelukis Adinda Luthvianti, penggagas mural yang sekarang menghias dinding. “Tema yang mendasari mural ini termasuk nasionalisme, persatuan, solidaritas, toleransi dan penolakan terhadap radikalisme.”
Mulai 9 Februari, delapan seniman dari Studiohanafi menghias dinding dengan lukisan para pahlawan dan pemimpin Indonesia serta kutipan-kutipan yang berkaitan dengan semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika.
Dinding itu berbatasan dengan lapangan terbuka yang digunakan oleh warga untuk berbagai kegiatan, dan kebetulan terletak tepat di depan kediaman mantan presiden Megawati Soekarnoputri.
Dinding tersebut dihiasi dengan lukisan tokoh-tokoh dan pahlawan bersejarah Indonesia, seperti negarawan Sutan Sjahrir, presiden pertama Soekarno, presiden keempat Abdurrahman Wahid dan Megawati.
Selain lukisan, para seniman menuliskan beberapa kutipan yang selaras dengan cita-cita negara, persatuan dan harmoni. Dinding itu juga mencantumkan Pancasila, ideologi negara Indonesia.
“Tampaknya dilupakan bahwa Indonesia didirikan atas dasar pluralisme. Akhir-akhir ini orang berpikir klaim satu kelompok bisa mewakili seluruh negeri, mestinya kan tidak seperti itu,” Adinda berkomentar tentang meningkatnya klaim merasa benar sendiri yang ditunjukkan oleh beberapa kelompok agama konservatif.
Menurut inisiator Studiohanafi, Hanafi Muhammad, mural tersebut telah direncanakan lama sebelum akhirnya benar-benar terlaksana. “Rencana untuk membuat penampilan karya seni semacam ini tercetus beberapa tahun lalu, tapi baru sekarang kita menemukan waktu untuk merealisasikannya,” kata dia kepada The Jakarta Post.
Adalah Umar Ahmad, Bupati Kabupaten Tulang Bawang Barat di Lampung, yang menyulut kembali ide untuk membuat mural sekitar sebulan yang lalu.
“Kami telah bekerja sama dengan Umar sebelumnya untuk meningkatkan potensi seni kotanya. Mural ini adalah karya kedua yang kami lakukan bersama dia. Kami menyelesaikan mural lain di Tulang Bawang Barat tahun lalu,” kata dia, menambahkan bahwa bahan-bahan untuk proyek itu berasal dari berbagai sumbangan.
Meskipun lokasinya tepat di seberang rumah Megawati, mantan presiden tidak terlibat dalam proyek seni jalanan tersebut. Dia hanya menyatakan persetujuannya untuk Umar.
Mural itu selesai pada 15 Februari, hari pemilihan Gubernur Jakarta, yang telah didahului dengan kampanye yang dicemari sentimen anti-pluralis. (Dea)[SWD]
*Artikel ini pernah dimuat di Jakarta Post edisi 21 Februari 2017