Home Berita Perdamaian di Kanada Terusik
Berita - 06/02/2017

Perdamaian di Kanada Terusik

Menurut beberapa saksi mata yang diwawancara televisi lokal, seorang pria bertopeng menyerbu masuk ke dalam masjid di kompleks Quebec City Islamic Cultural Center sekitar pukul 19.15 waktu setempat.

Saat umat muslim melaksanakan ibadah, terjadi penembakan membabi buta. Serangan itu menyebabkan enam anggota jemaah tewas. Saat penembakan, lebih dari 50 orang berada di masjid. Berdasarkan informasi terkini yang dilansir Kantor Berita AP, Selasa (31/1), selain enam korban tewas, masih ada lima orang dalam kondisi kritis dan 12 orang yang terluka ringan. Keterangan ini diberikan oleh juru bicara Rumah Sakit University of Quebec, Genevieve Dupuis.

Berbagai spekulasi bermunculan menanggapi peristiwa teror itu. Pemerintah Amerika Serikat melalui Juru Bicara Gedung Putih, Sean Spicer, seperti dikutip AP pada Senin (30/1) menyatakan bahwa serangan di sebuah masjid di Quebec membuktikan bahwa kebijakan larangan keimigrasian bagi warga dari 7 negara di Timur Tengah yang dikeluarkan Presiden Donald Trump sangat tepat. Dijelaskannya, keputusan Trump dibuat untuk menghindari adanya aksi teror lainnya. Aturan tersebut menangguhkan sementara seluruh program penempatan pengungsi di AS untuk setidaknya 120 hari ke depan. AS tidak akan mengeluarkan izin visa selama 90 hari bagi pengunjung yang berasal dari Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.

Atas penetapan tersebut ada banyak kecaman dan protes dari berbagai kalangan, baik di dalam negeri AS sendiri maupun di luar negeri. Aturan Trump dinilai merusak usaha perdamaian dunia, yakni mengusik  dengan bekerja sama melawan terorisme. Pembelaan Gedung Putih terhadap kebijakan Trump mendapat perlawanan dari berbagai pemimpin dunia. Di Kanada sendiri Perdana Menteri (PM) Justin Trudeau menyebut penembakan itu sebagai serangan terorisme. Pernyataan Trudeau cukup berani mengingat istilah terorisme selama ini selalu dikaitkan dengan aksi serangan yang dilakukan kelompok muslim garis keras dan menyasar kelompok di luar Islam. Siapa pun pelakunya PM Trudeau telah menyatakan penembakan brutal di masjid di Quebec adalah aksi teror terhadap umat muslim Kanada.

PM Perancis, Francois Hollande, juga mengomentari serangan di Kanada. “Semangat kedamaian dan keterbukaan warga Quebec adalah sasaran yang diincar para teroris,” ujar Hollande seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (30/1).

Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, mengecam serangan teror terhadap masjid di Quebec, Kanada. Paus pun menyerukan agar orang-orang dari agama yang berbeda untuk hidup saling menghormati.

Aparat penegak hukum di Quebec telah menangkap tersangka dalam serangan ini. Pelaku diidentifikasi sebagai Alexandre Bissonnette, mahasiswa jurusan ilmu politik dan antropologi Universitas Laval. Kampusnya berjarak 3 km dari Pusat Kebudayaan Islam Quebec, lokasi dia melakukan serangan. Menurut koleganya sesama mahasiswa Universitas Laval, Bissonnette dikenal penyendiri. Informasi dari akun media sosialnya mengungkap bahwa pemuda itu pengikut kelompok white supremacist, ideologi ekstrem kelompok pemuja ras kulit putih dan cenderung merendahkan ras manusia lainnya. Bissonnette ditangkap di dalam mobilnya saat sedang berhenti di sebuah jembatan di dekat d’Orleans. Dari sana, dia menelepon nomor 911 sambil menyebut bahwa dia mau bekerja sama dengan (menyerahkan diri ke) polisi.

Saat dibawa ke muka persidangan, seperti dilansir AP, Bissonnette muncul dengan kaki dan tangan terikat, mengenakan seragam tahanan berwarna putih. Tersangka juga tidak mengajukan pembelaan kepada pengadilan. Proses persidangan terhadapnya akan dilanjutkan pada 21 Februari mendatang. [AM]

sumber: kompas.com, detik.com, cnnindonesia.com, mediaindonesia.com, sindonews.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *