Home Berita AIDA Ajak Mahasiswa Ambil Ibrah Tim Perdamaian
Berita - 12/03/2018

AIDA Ajak Mahasiswa Ambil Ibrah Tim Perdamaian

Aida Ajak Mahasiswa Ambil Ibrah dari Tim Perdamaian
Dok. AIDA – Hayati Eka Laksmi, korban Bom Bali 2002, menyampaikan kisahnya dalam Seminar dan Bedah Buku “La Tay’as” Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannnya, di Universitas Brawijaya Malang (1/3/2018).

 

Aliansi Indoesia Damai (AIDA) menyelenggarakan diskusi bedah buku La Tay`as, Jangan Putus Asa: Ibroh dari Kehidupan Teroris & Korbannya di Malang, Jawa Timur, Kamis (1/3/2018). Kegiatan dilakukan di Ruang Nuswantara Fisip Universitas Brawijaya dan dihadiri oleh lebih dari 200 orang.

Buku karya Hasibullah Satrawi tersebut merupakan buah pengalaman penulis selama 5 tahun terakhir bersama AIDA mendampingi dan membantu korban terorisme, termasuk memfasilitasi korban yang telah siap untuk berekonsiliasi dengan mantan pelaku terorisme. Melalui bukunya, Hasibullah mengajak pembaca untuk mengambil pelajaran berharga atau ibrah dari kisah hidup korban dan mantan pelaku terorisme.

Sejumlah narasumber dihadirkan dalam acara Bedah Buku La Tay`as di Malang, yaitu Prof. Dr. Abd. A’la (Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya); Ahmad Muwafik Shaleh, M.Si (Wakil Dekan Fisip Universitas Brawijaya); Yusli Efendi, MA (pakar terorisme Universitas Brawijaya); Hayati Eka Laksmi (penyintas Bom Bali 2002); Ali Fauzi (mantan pelaku terorisme); Hasibullah Satrawi, Lc (penulis buku). Acara dimoderatori oleh Wimmy Halim M.Sos (dosen Fisip Universitas Brawijaya).

Para hadirin tampak antusias menyimak penuturan para narasumber. Abd. A’la saat menyampaikan keynote speech menekankan pentingnya menghindari jalan kekerasan dalam menghadapi berbagai perbedaan. Dia berpandangan, sangat sah dan wajar, terutama di kalangan kaum terpelajar, terjadi perdebatan dan diskusi terkait berbagai isu, termasuk konsepsi negara Islam. Akan tetapi, semua pihak harus bersepakat untuk menutup pintu kekerasan dalam menghadapi perbedaan yang niscaya itu.

Yusli Efendi dalam pemaparannya mengingatkan para hadirin bahwa penyebaran paham ekstremisme dan terorisme di Jawa Timur harus diwaspadai. Dia mencontohkan sudah beberapa warga asal Malang dan Lamongan yang pergi ke Suriah dan Irak untuk berperang bersama kelompok teroris ISIS. Dari itu dia mengingatkan para mahasiswa untuk mewaspadai berbagai provokasi aksi kekerasan berbalut agama di wilayah Jawa Timur.

Eka Laksmi dan Ali Fauzi secara bergantian menuturkan kisah perjalanan mereka terbentuk menjadi Tim Perdamaian AIDA. Ratusan orang di Ruang Nuswantara Fisip Universitas Brawijaya termenung dalam keharuan saat mendengarkan kisah hidup korban teror. Hasibullah selaku penulis mengharapkan para pembaca dapat memetik hikmah dan pelajaran penting dari berbagai peristiwa teror yang terjadi, terutama dari sudut pandang korban dan mantan pelaku. “Dari semua ini kita bisa mengambil pelajaran, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi,” ujarnya.

Muwafik saat menyampaikan sambutan mengungkapkan apresiasi kepada para pihak yang turut andil dalam penyelenggaraan acara. “Ini adalah suatu pembelajaran yang luar biasa pada kami semua,” kata dia.

Seorang peserta menyampaikan kesan setelah mengikuti acara bedah buku. “Menurut saya acara ini sangat bagus untuk para mahasiswa, apalagi sekarang cukup banyak doktrin-doktrin (ekstremisme-red) yang masuk ke wilayah kampus,” kata mahasiswa Fisip Universitas Brawijaya itu. [F]