Siswa-siswi MAN 2 Serang Menyimak Penyintas Yang Berbagi Semangat Ketangguhan Dalam "Dialog Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh"
Home Berita Pesan Penyintas Kepada Generasi Muda Serang
Berita - 12/02/2019

Pesan Penyintas Kepada Generasi Muda Serang

ALIANSI INDONESIA DAMAI – “Pesan saya kepada adik-adik, agar selalu menjaga perdamaian dan terus menghargai kebinekaan di Indonesia.”

Demikian Muhammad Nurman Permana, penyintas serangan teror bom di Jl. MH Thamrin Jakarta Pusat yang terjadi pada 14 Januari 2016, berpesan kepada para pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Serang, Banten. Ia menyampaikannya dalam acara Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di sekolah tersebut dua pekan lalu.

Permana, sapaan akrabnya, merupakan salah satu korban yang selamat dari aksi teror Bom Thamrin 2016. Meski kejadian sudah berlalu 3 tahun, ia masih mengingat betul kengerian peristiwanya. Saat kejadian, ia sedang berjalan kaki menyeberangi persimpangan Jl. MH Thamrin, salah satu ruas jalan terpadat di ibu kota, tepatnya di antara pusat perbelanjaan Sarinah dan Gedung Bawaslu.

Permana yang saat itu bersama seorang saudara, tengah berjalan menyeberangi Jl. MH Thamrin ke arah barat, menuju ke kawasan Tanah Abang. Saat di tengah-tengah persimpangan itulah saudaranya memberitahu ada asap putih yang bersumber dari sebuah kedai kopi di salah satu sudut perempatan. Permana pun menoleh ke arah yang ditunjuk saudaranya. Tak lama berselang tiba-tiba ledakan terjadi di pos polisi yang berada tak jauh dari keduanya.

Seketika Permana berlari menjauh dari lokasi hingga hampir tertabrak kendaraan yang melaju. Ia  merasakan ledakan itu sangat keras hingga membuat telinganya sakit dan berdenging. Setelah merasa cukup jauh dari lokasi ledakan dan sadar bahwa saudaranya terpisah, ia berhenti sejenak untuk memastikan kondisi telinganya. Saat itulah ia melihat bajunya sudah memerah penuh bercak darah. Selain di telinga, ia juga mengalami cedera di ketiak dan punggung bagian kiri.

Ledakan bom memaksanya menjalani operasi untuk mengeluarkan serpihan benda asing dari tubuhnya. Selain luka fisik, tragedi awal tahun 2016 itu juga menyisakan trauma baginya. “Sejujurnya, saya masih merasakan trauma, khususnya jika mendengar suara benturan keras. Bahkan sampai saat ini masih sering terdengar suara nging di telinga,” ujarnya. Di samping penyembuhan fisik ia juga sering melakukan trauma healing dengan psikolog, serta membaur dengan banyak orang untuk mengobati kesedihan.

Siswa-siswi MAN 2 Serang Menyimak Penyintas Yang Berbagi Semangat Ketangguhan Dalam "Dialog Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh"
Potret siswa-siswi MAN 2 Serang saat mengikuti kegiatan Dialog Interaktif dengan tema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”, Kamis (31/1/2019).

Kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” diselenggarakan AIDA dengan tujuan untuk meningkatkan jiwa ketangguhan pelajar Indonesia. Dalam kegiatan dihadirkan korban dan mantan pelaku terorisme untuk berbagi semangat ketangguhan kepada para peserta. Selain Permana, Dialog Interaktif di MAN 2 Serang menghadirkan Kurnia Widodo, mantan narapidana kasus terorisme yang telah bertobat.

Kurnia mengisahkan pengalaman hidupnya yang pernah tergabung dengan organisasi terlarang yang mengajarkan pemahaman keagamaan yang ekstrem dan merencanakan aksi teror. Setelah menjalani hukuman penjara dan dipertemukan dengan para korban terorisme, ia tersadar untuk meninggalkan dunia kekerasan. Ia sendiri sebagai orang yang pernah sejalan dengan para teroris tak bisa membayangkan bila luka dan penderitaan batin yang dialami korban akibat aksi teror menimpa dirinya. Dalam Dialog Interaktif di MAN 2 Serang, Kurnia meminta maaf kepada Permana selaku perwakilan dari korban aksi kekerasan terorisme.

“Saya menerima maaf Bapak.” Demikian Permana menanggapi permintaan maaf dari Kurnia.

Meskipun tak mungkin melupakan tragedi Bom Thamrin yang menimpanya, sebagai manusia biasa Permana percaya bahwa memaafkan kesalahan orang lain adalah sifat mulia. Dari penuturan kisah hidupnya ia mengharapkan siswa-siswi peserta Dialog Interaktif di MAN 2 Serang terdorong semangatnya untuk menjadi generasi bangsa yang tangguh, yang tak mudah berputus asa bila dihadapkan dengan cobaan, dan selalu berusaha bangkit menuju kehidupan yang lebih baik.

Seorang siswa MAN 2 mengaku mendapatkan pembelajaran penting setelah mengikuti Dialog Interaktif. Menurutnya, generasi muda harus selalu berpikir positif menjalani kewajiban untuk belajar dengan tekun agar terhindar dari paham-paham keagamaan yang menyimpang. Sebab, kata dia, ajaran keagamaan yang ekstrem bisa mengincar generasi muda dari berbagai arah.

“Saya belajar agar berpikir kritis terhadap paham-paham kekerasan, sehingga kami bisa terhindar dari paham-paham ekstremisme, karena bisa jadi itu datang dari teman, bahkan orang terdekat kita,” katanya.

Peserta lainnya mengaku mendapatkan semangat baru untuk menebarkan perdamaian baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. “Pembelajaran yang saya dapatkan dari Dialog ini adalah agar kita senantiasa memaafkan. Jangan membalas kekerasan dengan kekerasan,” ujar siswi berkerudung putih.

Saat ini bersama Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Permana sebagai korban terorisme dan Kurnia selaku mantan pelaku terorisme, aktif mengampanyekan perdamaian di kalangan pelajar di berbagai kota di seluruh Tanah Air. Baik Permana maupun Kurnia mengaku bahwa dengan terlibat dalam kegiatan positif itu bisa mendorong mereka untuk melangkah menjadi lebih baik dan terus menerus menyuarakan perdamaian. [FS]