Renny A. Sitania, korban aksi teror bom di Jl. HR Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004
Home Berita “Itu Jalannya Tuhan yang Harus Kita Jalani”
Berita - 14/02/2019

“Itu Jalannya Tuhan yang Harus Kita Jalani”

Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menyelenggarakan kegiatan Dialog Interaktif dengan tema ‘Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh’ di SMA Plus Al-Khairiyah Badamusalam Serang, Banten pada akhir Januari lalu. Kegiatan menghadirkan Tim Perdamaian AIDA, yang beranggotakan korban dan mantan pelaku terorisme yang telah bertobat, untuk berbagi semangat ketangguhan kepada para pelajar. Sekitar 50 siswa SMA Al-Khairiyah mengikuti kegiatan secara aktif.

Dalam kegiatan, Renny A. Sitania, korban aksi teror bom di Jl. HR Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004, berbagi kisah. Renny merupakan korban tak langsung dari aksi teror tersebut. Serangan teror itu merenggut nyawa kakak kandungnya, alm. Martinus Sitania. Sang kakak saat kejadian sedang berkendara motor, melintas di Jl. HR Rasuna Said. Tanpa dinyana sebuah mobil boks yang melaju di dekatnya memunculkan ledakan sangat keras.

“Saat ledakan, posisinya tidak terlalu jauh dari mobil boks. Tubuhnya hancur,” ucap Renny sambil terisak. Ia menambahkan, pihak kepolisian sempat kesulitan untuk mengidentifikasi jenazah Martinus lantaran sudah tidak utuh.

Meski kehilangan Martinus sudah berlalu lama, Renny merasakan haru, kesedihan, dan air mata selalu datang bila ia mengenang peristiwa Bom Kuningan 2004. Baginya, Martinus adalah sosok yang istimewa karena berperan dalam menopang kebutuhan ekonomi keluarga. Ketika sedang mengalami kesulitan hidup, kakaknya itulah yang sering memberikan bantuan kepadanya. Namun, takdir menggariskan Martinus meninggal dunia menjadi salah satu korban ledakan bom.

Renny A. Sitania, korban aksi teror bom di Jl. HR Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004
Renny A. Sitania, korban aksi teror bom di Jl. HR Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004

Menurut Renny, beberapa hari sebelum kejadian teror itu, Martinus menunjukkan hal aneh. Sang kakak memintanya untuk memasak tempe goreng hingga hangus dan hitam. Sebelumnya, meskipun Martinus menyukai tempe, tidak pernah ia meminta tempe goreng yang hangus. Renny mengaku sangat sedih jasad kakaknya terbakar sangat mengenaskan akibat serangan teror bom.

Para siswa SMA Al-Khairiyah menyimak secara saksama penuturan kisah Renny, keluarga dari korban Bom Kuningan 2004. Beberapa di antaranya menundukkan kepala dan terisak.

Renny sempat terpuruk, tidak bisa menerima kepergian kakaknya. Dukungan dan dorongan keluargalah yang membuatnya untuk tetap kuat dan tidak larut dalam kesedihan terlalu lama. Orang tuanya selalu menganjurkan agar dia bisa ikhlas, dan memaafkan orang-orang yang berbuat jahat kepada kakaknya.

“Ibu bilang, kamu harus ikhlas dan harus bisa memaafkan. Bapak saya bilang, bukan karena teroris kakak kamu nggak ada, tetapi itu jalannya Tuhan yang harus kita jalani. Dan, keluarga saya pun sudah memaafkan semuanya,” kata Renny.

Sejak menjadi anggota Tim Perdamaian AIDA, Renny bertekad untuk menyuarakan perdamaian, khususnya kepada kalangan generasi muda. Karena, kata dia, generasi muda adalah penerus bangsa yang harus didukung untuk menjadi pandai, hidup dalam kedamaian, dan terhindar dari kekerasan seperti aksi terorisme yang pernah menimpa saudaranya. Renny berharap pengalamannya bisa memompa semangat ketangguhan generasi muda dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Selain Renny, kegiatan Dialog Interaktif di SMA Al-Khairiyah juga menghadirkan Kurnia Widodo, seorang mantan pelaku terorisme yang telah bertobat, yang juga bergabung dalam Tim Perdamaian AIDA. Dalam kegiatan, Kurnia menceritakan bahwa pertemuannya dengan para penyintas terorisme membuatnya tersentuh, dan semakin menyadarkannya untuk menjauh dari dunia kekerasan.

“Bertemu korban membuat saya memikirkan tentang dampak yang ditimbulkan dari kelompok saya yang dulu. Hal itu tidak pernah terpikirkan oleh saya, bahwa korban-korban itu menderita lama. Saya meminta maaf kepada korban,” kata Kurnia.

Di akhir acara, siswa-siswi menyampaikan kesan setelah mengikuti Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”. Seorang siswi mengaku mendapatkan ilmu dan pengalaman berharga dari kegiatan itu. Ia juga mengaku akan berusaha menciptakan perubahan positif dalam dirinya demi masa depan yang lebih baik.

“Perubahan untuk diri saya sendiri, terutama memaafkan. Dulu kalau dijelekin sama orang lain, suka ingin membalas. Kalau sekarang karena nasihat dari Ibu Renny, untuk memaafkan, maka saya akan memaafkan,” ujarnya. [MSH]