Kurnia Widodo
Home Berita Siswa SMA Al-Khairiyah: Generasi Muda Harus Terbuka
Berita - Pilihan Redaksi - 19/03/2019

Siswa SMA Al-Khairiyah: Generasi Muda Harus Terbuka

Aliansi Indonesia Damai– Dalam menjalani kehidupan, seseorang mungkin tak pernah berharap hal buruk terjadi menimpa dirinya. Namun demikian, jika keadaan itu datang, rasa ikhlas dan menerima musibah dengan apa adanya merupakan langkah awal untuk bangkit dan menemukan jalan yang lebih baik.

Demikian pesan yang disampaikan keluarga korban aksi bom terorisme saat berbagi kisah dalam kegiatan Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di beberapa sekolah di Kota Serang pada pertengahan Januari lalu. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA) itu bertujuan untuk mendorong semangat generasi muda agar menanamkan jiwa ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan. AIDA mengajak para siswa di lima sekolah di Serang untuk mengambil pembelajaran (ibroh) dari kisah ketangguhan korban dan mantan pelaku kekerasan.

Saat korban terorisme menceritakan kisahnya, puluhan siswa terlihat menyimak dengan saksama kisah-kisah ketangguhan mereka. Beberapa mereka tampak menangis dan mengusap air mata saat mengetahui penderitaan serta dampak lainnya yang dialami korban akibat aksi terorisme. Salah satu korban bom yang dihadirkan AIDA bernama Reni A. Sitania. Reni, sapaan akrabnya, ialah korban tidak langsung dari aksi teror bom di Jl. HR Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004. Kakaknya, Martinus Sitania, menjadi salah satu korban meninggal dunia pada tragedi di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta itu.

Saat bom meledak, almarhum Martinus sedang berkendara motor di salah satu ruas jalan terpadat di ibu kota tersebut. Kekuatan ledakan menghancurkan tubuhnya. Reni sempat frustrasi dan terpuruk, tidak bisa menerima kepergian sang kakak. Pasalnya, bagi Reni Martinus adalah sosok saudara yang paling peduli terhadapnya. Saat ia menghadapi cobaan, kakaknya itu yang mendukungnya dan memberikan bantuan secara signifikan. Bertahun-tahun Reni memendam kesedihan atas meninggalnya sang kakak.

Namun, berkat dorongan keluarga, ia mampu menjadi kuat dan bangkit dari keterpurukannya. “Keluarga saya telah memaafkan para pelaku,” ujar Reni saat bercerita di hadapan 50 siswa SMA Al-Khairiyah Kota Serang.

Di sisi lain, AIDA juga menghadirkan Kurnia Widodo, seorang mantan pelaku aksi kekerasan terorisme. Di hadapan siswa ia juga mengisahkan masa lalunya yang pernah terjebak dalam paham ekstremisme dan melegitimasi segala aksi kekerasan serta terorisme. Setelah menyadari aksi terorisme salah, ia meminta maaf kepada seluruh korban aksi terorisme. Karena itu ia mengingatkan generasi muda untuk terus menjaga perdamaian dan bersikap menghormati fakta adanya perbedaan.

Dari kisah Kurnia itu, puluhan siswa belajar akan arti pentingnya memelihara kedamaian dan menghindari perilaku kekerasan. Sikap itu ditandai dengan menerima dan menghargai perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. “Sebagai generasi muda, saya belajar arti penting menghargai perbedaan dan mulai bersikap untuk terbuka,” pangkas seorang siswa.

Tidak hanya dilandasi sifat terbuka dan mau menerima perbedaan, para siswa juga merasakan empati kepada korban aksi terorisme. Beberapa siswa matanya tampak sembab mendengar kisah Reni yang menangis saat mengisahkan kronologi aksi terorisme yang menimpa kakaknya.

Seorang siswa mengaku dirinya bertekad menebarkan pesan perdamaian dan berusaha untuk menumbuhkan semangat ketangguhan. “Saya belajar kisah ketangguhan korban, dia yang berani memaafkan pelaku terorisme,” tegas siswa perempuan yang berjilbab putih itu.

Para siswa terlihat aktif saat mengikuti kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”. Dari kegiatan ini generasi muda diharapkan mampu untuk menguatkan spirit ketangguhan dalam diri serta memahami pentingnya perdamaian baik di lingkungan sekolah maupun tempat tinggal mereka. [FS]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *