Membina Kedamaian di Sekolah dari Kisah Penyintas dan Pelaku
Aliansi indonesia Damai- Perdamaian di lingkungan sekolah adalah prasyarat bagi terciptanya iklim belajar yang kondusif. Beragam perilaku negatif seperti perundungan, pelecehan seksual, sikap intoleran, dan aksi kekerasan di antara warga sekolah harus dihindari.
Dasar pemikiran tersebut yang kurang lebih melatarbelakangi AIDA menyelenggarakan Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh di SMKN 1 Kepanjen, Malang, awal Maret lalu. Sesuai judul dan temanya, kegiatan tersebut bertujuan untuk menguatkan karakter tangguh dalam diri para pelajar agar tumbuh dan berkembang sebagai insan yang peduli akan perdamaian di mana pun berada.
Baca juga Ketangguhan Memfilter Informasi
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMKN 1 Kepanjen, Amir, membuka acara secara resmi dalam kesempatan tersebut. Dalam sambutannya, ia menyebutkan empat pilar kebangsaan yang menjaga Indonesia tetap utuh. Pertama adalah dasar negara, Pancasila. Kedua, Undang-Undang Dasar 1945. Yang ketiga, semboyan pemersatu bangsa, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, serta yang keempat, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Perbedaan pasti ada, tapi kesatuan sudah dibangun dari dulu. Tidak boleh saling memecah belah! Karena ada beberapa duri-duri, sehingga AIDA ini perlu untuk menghilangkan duri itu supaya kita menjadi tangguh,” ujarnya di hadapan 80 siswa SMKN 1 Kepanjen peserta Diskusi Interaktif.
Baca juga Menebar Narasi Ketangguhan di SMK Muhammadiyah Kepanjen
Amir mengaku sangat mengapresiasi inisiatif AIDA untuk membina karakter anak-anak didiknya dengan mengambil inspirasi dari kisah ketangguhan korban dan mantan pelaku terorisme. Sejumlah kisah penyintas aksi teror bom yang ditampilkan mengajarkan tentang semangat tak kenal menyerah terhadap beragam tantangan kehidupan. Sementara itu, kisah orang-orang yang bertobat dari paham terorisme mendorong peserta untuk bersikap bijak mengakui kesalahan-kesalahan, namun tak berhenti di situ, harus mampu memperbaiki kesalahan tersebut menjadi sebuah kebaikan.
“Adik-adik tidak akan mendapatkan pelajaran di kelas seperti ini. Manfaatkan kesempatan ini untuk menimba ilmu! Banyak sekali yang akan disampaikan, membangun kesadaran, membangun perasaan, menghadirkan nurani itu sangat berat,” kata dia.
Baca juga Damai Dimulai dari Hal Kecil
Lebih lanjut, Amir menyoroti kondisi faktual generasi pelajar di era bebas informasi saat ini. Pelbagai media dengan segala informasi di dalamnya seolah tak terbendung datang membanjiri mereka. Dikhawatirkan, apabila generasi muda menemukan informasi yang tidak tepat maka dapat terpengaruh oleh ajaran atau paham yang mengarah pada keburukan. “Apalagi sekarang ini media luar biasa. Pada hakikatnya kamu belajar bisa dari mana saja, namun kalau tidak ada tutor, tidak ada fasilitator, itu sangat bias, berbahaya,” katanya mengingatkan. [MLM]
Baca juga Pentingnya Kasih Sayang Keluarga