08/12/2023

Pendidikan “Menyelamatkan” Mantan Ekstremis

Aliansi Indonesia Damai- AIDA menggelar Dialog Interaktif: “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 3 Bogor, Jawa Barat pada awal November 2023 silam. Sekitar 50 peserta yang mewakili pelbagai kelas dan organisasi siswa di sekolah tersebut hadir sebagai peserta aktif.

Kegiatan ini merupakan inisiatif AIDA untuk membekali para peserta dengan wawasan cinta damai di tengah maraknya kasus-kasus kekerasan, termasuk yang dilakukan oleh kelompok ekstrem. Dalam kegiatan ini, AIDA menghadirkan korban aksi terorisme dan mantan pelaku terorisme yang sudah bertobat. Ni Luh Erniati, korban Bom Bali 2002, dan Iswanto, mantan pelaku ekstremisme kekerasan asal Lamongan, Jawa Timur, berbagi lika-liku kehidupannya kepada para peserta.

Baca juga Penyintas: Kita Harus Memikirkan Masa Depan

Erniati menceritakan pengalaman pahit harus kehilangan suami akibat serangan bom pada Oktober 2002, hingga mengharuskannya menjadi single parent bagi dua buah hatinya yang masih kecil. Sementara Iswanto membeberkan perubahan pemikirannya sejak terlibat dalam kelompok ekstrem hingga kemudian menjadi penyebar perdamaian.

Iswanto menuturkan, salah satu faktor penyebab perubahannya adalah literasi dan pendidikan. Usai beberapa gurunya tertangkap karena terlibat bom Bali, muncul perbedaan pandangan di antara mereka. Ada yang menyerukan untuk melanjutkan aksi serupa, di lain pihak ada beberapa gurunya yang menasehati agar Iswanto tak lagi terlibat dengan kelompok ekstrem. Karena bingung, Iswanto memilih melanjutkan pendidikan agar guru-gurunya tidak ada yang merasa tersakiti.

Baca juga Siswa SMAN 2 Bogor: Jangan Puas dengan Satu Sudut Pandang

“Alasan kedua (perubahan saya), karena saya berpikir korbannya bukan hanya orang luar negeri saja. Orang dalam negeri, baik muslim, non muslim, mereka itu orang-orang tidak bersalah, semua jadi korban. Dari sana saya berpikir bagaimana kalau itu terjadi kepada saya dan keluarga saya,” ujarnya.

Hal tersebut membuat Iswanto merenung cukup dalam. Ia membaca banyak referensi hingga sampai pada kesimpulan bahwa aksi-aksi kekerasan yang diamini kelompok lamanya adalah hasil dari paham yang keliru.

“Awalnya saya mengambil jalan sendiri. Sekarang teman-teman saya banyak mengikuti saya untuk bersekolah lagi, bahkan guru dan keluarga saya mengikuti. Sekarang banyak di dunia pendidikan,” ujarnya. [MSH]

Baca juga Kepsek SMAN 2 Bogor: Nilai Perdamaian Perlu Ditanamkan sejak Dini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *