21/08/2024

Merdeka dari Ekstremisme

Tahun ini bangsa Indonesia memeringati sekaligus merayakan ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79. Sebagaimana biasa, masyarakat merayakannya dengan pemasangan atribut merah putih di segala penjuru, menggelar beragam jenis perlombaan, karnaval, pentas seni, dan lainnya.

Tak ada soal dalam pelbagai jenis perayaan tersebut. Namun seyogianya  tak berhenti dengan gegap gempita. Lebih dari sekadar mengenang jasa para pahlawan, peringatan kemerdekaan harus menjadi momentum refleksi tentang kontribusi anak-anak bangsa dalam mengisi dan merawat kemerdekaan untuk kebaikan kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama.

Kemerdekaan yang sudah diraih para pejuang bangsa dengan pengorbanan jiwa, raga, hingga hartanya, harus dijaga dan diisi dengan hal-hal yang konstruktif untuk keberlangsungan dan kemajuan bangsa. Sebaliknya, kita tidak merusak kemerdekaan dengan pemikiran dan tindakan destruktif yang dapat memorak-porandakan tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama, seperti aksi-aksi kekerasan hingga terorisme. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan cita-cita para pejuang dan kemerdekaan.

Baca juga Prioritas Dana Abadi Korban Terorisme

Ada sejumlah anak bangsa yang dahulu pernah terdoktrin ekstremisme kekerasan, bahkan terlibat dalam aksi terorisme. Namun, mereka telah bertobat dan meninggalkan doktrin tersebut. Kini, mereka kembali ke pangkuan ibu pertiwi, mengakui NKRI dan meniti jalan perdamaian. Dengan kata lain, mereka telah merdeka dari ekstremisme.

Layaknya berjuang meraih kemerdekaan, sebagian mantan pelaku yang telah bertobat juga mengalami perjuangan yang tak mudah. Untuk merdeka dari ekstremisme dan jaringan masa lalunya, ia kerap menerima kecaman serta ancaman fisik maupun psikis yang menyasar keselamatannya. Namun dengan keteguhan hati dan tekad yang kuat, semua itu mampu dilalui sehingga mereka terbebas dari ekstremisme kekerasan dan jaringannya.

Baca juga Menanti Putusan Uji Materi Aturan Kompensasi

Keberhasilan tersebut bukan hanya karena kesadaran pribadi para mantan pelaku tetapi juga buah kerja kolaborasi banyak pihak, baik aparat negara, organisasi masyarakat sipil, serta pihak lainnya. Sinergi yang baik antarpihak diharapkan terus berlangsung untuk menjaga bangsa terbebas dari ekstremisme kekerasan.

Mereka yang sudah merdeka dari ekstremisme patut terus dijaga dan dilibatkan untuk merangkul rekan-rekannya meninggalkan jalan kekerasan. Bahkan, mereka pun bisa dilibatkan untuk mengampanyekan perdamaian ke publik. Dirgahayu Indonesia.

Baca juga Kembali Bersatu Pasca-Pemilu: Belajar dari Penyintas dan Mantan Pelaku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *