Merdeka dari Aksi Kekerasan
Aliansi Indonesia Damai- HUT Republik Indonesia (RI) ke-80 tahun ini cukup meriah. Dari Istana Negara hingga kampung-kampung, peringatan berlangsung dengan khidmat dan suka cita. Tidak hanya di daratan, peringatan kemerdekaan RI juga dilaksanakan di udara dan laut. Ketika para penerjun payung mengibarkan bendera merah putih di angkasa, para penyelam juga mengibarkan sang saka merah putih di dasar laut.
Peringatan kemerdekaan telah memenuhi seluruh jagat nusantara. Peringatan ini patut menjadi refleksi dan pembelajaran tentang arti penting kemerdekaan dan perdamaian.
Sebagai negara, Indonesia telah cukup “dewasa” untuk menyikapi berbagai tantangan untuk mewujudkan perdamaian. Dimulai dari perjuangan merebut dan memertahankan kemerdekaan, kemudian berlanjut dengan kemampuan melewati berbagai aksi pemberontakan, kekerasan politik, dan tragedi kemanusiaan, hingga keberhasilan dalam menanggulangi berbagai aksi terorisme.
Baca juga Berjuang untuk Sesama Korban Bom
Negara menghukum para pelaku kekerasan ekstrem. Negara juga memberikan kompensasi dan rehabilitasi kepada para korban terorisme. Hal serupa telah dilakukan negara kepada para pelaku dan korban tragedi kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM) di masa lalu.
Sebagai bangsa, Indonesia juga telah cukup mumpuni dalam melewati berbagai ujian perdamaian. Berbagai suku bangsa, agama, dan golongan, kerap menghadapi potensi konflik dengan kekerasan, baik yang mengatasnamakan agama, suku, maupun identitas primordial lainnya. Identitas sensitif tersebut menjadi lebih mudah terbakar di tengah polarisasi politik dan kesenjangan sosial-ekonomi.
Kerusuhan antietnis Tionghoa pada zaman orde baru, konflik Ambon, dan Poso di masa awal orde reformasi, merupakan tiga contoh dari sekian ujian terberat yang berhasil dilewati bangsa ini. Dampak dari konflik Ambon dan Poso bahkan berkait temali dengan tantangan perdamaian lainnya, yakni adanya kelompok teroris yang melakukan berbagai aksi kekerasan selama hampir dua dasawarsa.
Baca juga Merdeka dari Ekstremisme
Negara dan bangsa Indonesia telah sukses melewati berbagai tantangan perdamaian tersebut. Negara, dalam hal ini diwakili oleh pemerintah telah memerkuat kapasitas dan kemampuan aparatnya (bersama-sama masyarakat) dalam melakukan deteksi dini, pencegahan, dan penanggulangan berbagai potensi kekerasan, baik yang disebabkan oleh berbagai faktor ekonomi, sosial, dan politik maupun yang dipengaruhi oleh berbagai narasi kebencian atau ideologi kekerasan.
Kendati demikian masih ada sejumlah pihak yang belum sepenuhnya puas atas apa yang telah dilakukan negara. Oleh karenanya, aparat negara harus terus melakukan perbaikan-perbaikan agar para pihak (terutama korban) makin salut dengan penanganan dan perlakuan negara.
Negara juga harus terus menguatkan aspek regulasi, sistem pencegahan, dan pemulihan, serta implementasi yang tepat agar kejadian serupa tidak terjadi di masa yang akan datang, baik kekerasan yang dilakukan oleh aparat negara maupun kelompok sipil.
Aparat pemerintah harus selalu bekerja sama dengan masyarakat sipil, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang memerkuat resiliensi masyarakat dan menyuburkan nilai-nilai perdamaian di berbagai kelompok agama, suku bangsa dan golongan. Kampanye perdamaian harus terus ditingkatkan di berbagai target audiens.
Baca juga Hijrah dan Perdamaian
Salah satu elemen penting dalam pembangunan perdamaian adalah pelibatan penyintas dan mantan pelaku kekerasan yang sudah bertobat dan telah meminta maaf kepada korban. Korban atau penyintas akan memberikan narasi dan pesan tentang pentingnya nilai-nilai ketangguhan seperti memaafkan pelaku dan berlapang dada menerima takdir hidup. Sementara pelaku akan berbagi kisah dan pembelajaran tentang pentingnya mengakui kesalahan, mengoreksi pemahaman dan kesadaran yang keliru, dan upaya mereka untuk kembali pada jalan perdamaian.
Diharapkan HUT kemerdekaan RI tahun ini makin bermakna ‘merdeka’ bagi seluruh elemen bangsa dan masyarakat. Seluruh anak bangsa harus merdeka dari segala bentuk ucapan, narasi, tindakan, dan aksi kekerasan. Pemerintah dan masyarakat harus bahu membahu untuk mewujudkan perdamaian yang sejati.