Pemuda Bela Negara dan Indonesia Emas 2045
Oleh: Rajib Gandi,
Dosen Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB University
Jika menuju Indonesia Emas 2045 adalah bentuk bela negara, perlu strategi yang komprehensif untuk mempersiapkan pemuda.
Indonesia Emas 2045 adalah mimpi Indonesia menjadi bangsa yang kuat secara ekonomi dan politik di dunia. Jika terwujud, ini akan menjadi kado perayaan 100 tahun kemerdekaan yang sangat mengagumkan. Mimpi besar yang tidak mudah. Ada dua elemen kunci untuk mendorong tercapainya Indonesia Emas 2045, yaitu peran pemuda dan kesadaran bela negara.
Pemuda dan perubahan
Bulan Oktober adalah bulan pemuda, setiap 28 Oktober kita peringati sebagai hari Sumpah Pemuda. Merasa takjub, jika membayangkan pemuda saat itu, di tahun 1928, dari berbagai pulau yang berbeda, dengan kondisi infrastruktur-teknologi yang sangat terbatas, dan itu adalah masa penjajahan, tetapi mampu dan berani untuk menyatakan komitmennya atas Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa yang sama.
Peristiwa Sumpah Pemuda lalu diyakini sebagai momen penting dalam proses perjuangan Indonesia sebagai suatu bangsa yang akhirnya meraih kemerdekaannya pada 1945. Sekarang, sudah 96 tahun peristiwa deklarasi Sumpah Pemuda berlalu, adakah keberanian dan komitmen bersama lagi dari pemuda atas nama bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia Emas 2045?
Baca juga Hari Santri dan Pemimpin Baru Indonesia
Pemuda selalu dibebankan sebagai agen perubahan karena sejarah mencatat, baik di Indonesia maupu dunia, pemuda adalah aktor utama dari banyak gerakan perubahan sosial (Earl, Maher, Elliot 2017; Costanza-Chock 2012). Data dari Carnegie Europe tahun 2024 mencatat jika sejak 2017 hingga 2024, dari 715 protes di 147 negara, setidaknya ada 9 juta pemuda yang turun ke jalan, terlibat melakukan protes.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (2020) mencatat, jika saat ini adalah bagian dari generasi muda terbesar dalam sejarah manusia, dengan jumlah 1,3 miliar pemuda (16 persen dari populasi dunia). Di Indonesia, jumlah pemuda mencapai 64,16 juta, hampir satu dari empat orang Indonesia adalah pemuda (BPS 2023). Dengan jumlah pemuda yang demikian besar, posisi pemuda semakin strategis dalam mendorong perubahan.
Pemuda kerap mengambil peran dalam perubahan sosial di masyarakat, tetapi sayangnya peran pemuda masih sering diabaikan dan mendapat berbagai hambatan. Pemuda kesulitan dalam mengakses peluang ekonomi atau berpartisipasi dalam proses politik lokal (Pretty dkk 2011). Kekuasaan dan sumber daya ekonomi terkonsentrasi di tangan segelintir keluarga atau kelompok, sering kali mereka yang lebih tua atau sudah mempunyai kekuasaan politik.
Baca juga Kewarasan Guru
Peminggiran generasi muda dalam ranah politik dan ekonomi dapat menjadi permasalahan yang kompleks dan multifaktorial, seperti permasalahan terkait dengan akses terhadap sumber daya yang tidak setara, dominasi oligarki lokal, ketidaksetaraan jender, kurangnya kesempatan pendidikan dan pelatihan, dan terbatasnya sarana-prasarana dan layanan (White 2012; Room 1999; Bezu dan Holden 2014; Tadele dan Gella 2012; World Bank 2007).
Peminggiran pemuda ini yang membuat pemuda rentan berada dalam kondisi tidak ideal, seperti kemiskinan. Kemiskinan pada pemuda tidak diragukan lagi merupakan masalah pembangunan yang serius, terutama bagi negara-negara berkembang (Moore, 2005).
Pemuda cenderung lebih mudah mengalami kemiskinan dibandingkan dengan kelompok usia lainnya (kecuali anak-anak dan usia lanjut) karena ketidakpastian dan dinamika transisi anak ke dewasa, atau karena diskriminasi berdasarkan usia, khususnya di pasar tenaga kerja (Moore 2005; Iacovou dan Arnstein 2007).
Baca juga Dibutuhkan Negarawan
Banyak pemuda kemudian berada pada titik sangat rentan, ketidakpastian ini membuat pemuda terbatas mobilitas secara fisik, ekonomi, dan sosial, bahkan bisa merasakan kecemasan dan frustrasi (Bank 2016). Di perdesaan, kondisi pemuda lebih problematik, berdasarkan Data Desa Presisi (2022), pemuda desa yang tidak bekerja alias menganggur rata-rata mencapai 33,2 persen. Kemiskinan pada pemuda ini bisa sangat berdampak negatif pada seluruh aspek kehidupan pemuda.
Pendidikan bela negara
Bela negara tidak selalu identik dengan angkat senjata atau masuk ke dunia militer, bela negara memiliki makna yang lebih luas. Segala bentuk partisipasi aktif setiap warga negara dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa bisa dimaknai sebagai bela negara.
Lembaga Administrasi Negara (2019) merumuskan jika bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Melalui pendidikan bela negara, pemuda diharapkan mampu memiliki berbagai nilai penting yang dapat membantu mereka menghadapi tantangan global. Pendidikan bela negara bisa menjadi salah satu cara efektif untuk membentuk karakter serta memperkuat semangat kebangsaan pemuda.
Baca juga Merdeka, Belajar, Merundung
Pendidikan Bela Negara perlu dimaknai secara luas, yaitu pendidikan yang mencakup pembentukan karakter, peningkatan kualitas pendidikan, serta pengembangan mentalitas dan kemampuan pemuda untuk berkontribusi dalam berbagai aspek pembangunan bangsa. Ini tidak hanya soal pertahanan fisik, tetapi juga soal pengembangan kapasitas intelektual, moral, dan sosial pemuda sebagai warga negara yang baik.
Harapan Indonesia Emas 2045
Jika kita ingin menaruh harapan untuk mimpi Indonesia Emas 2045, sepatutnya kita menaruh harapan itu di pemuda yang berkualitas dan memiliki kecintaan pada bangsanya. Jika menuju Indonesia Emas 2045 adalah bentuk bela negara, pemuda memiliki prasyarat kesiapsiagaan bela negara yang memadai.
Pemuda dicirikan memiliki kekuatan fisik, kepercayaan tinggi, kreatif, jejaring yang kuat, nilai yang diyakini dan cakap menggunakan teknologi. Meskipun begitu, tetap diperlukan strategi yang komprehensif untuk mempersiapkan pemuda menuju Indonesia Emas 2045.
Pertama, perbaikan sisitem pendidikan Indonesia yang berkualitas dan merata dengan penguatan nilai kebangsaan dan bela negara bagi seluruh pemuda. Kedua, pemerintah dan sektor swasta perlu memberikan pelatihan dan dukungan terhadap pemuda untuk memulai usaha sendiri, termasuk akses modal, pendampingan, dan jejaring bisnis.
Baca juga Kemerdekaan dan Pendidikan
Ketiga, program-program pembangunan harus fokus pada pemuda di daerah-daerah terpencil dan perdesaan, dengan menyediakan infrastruktur dasar, seperti internet, pendidikan berkualitas, dan layanan kesehatan.
Keempat, pemuda harus mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas serta dukungan untuk mengatasi stres dan tekanan hidup yang mereka hadapi. Kelima, memberikan kepercayaan dan ruang yang luas serta nyaman bagi pemuda untuk berkreasi dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
Dengan pemahaman yang komprehensif tentang bela negara, pemuda tidak hanya menjadi warga negara yang cinta Tanah Air, tetapi juga mampu berkontribusi aktif dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa di berbagai bidang. Implementasi pendidikan bela negara yang relevan, inklusif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman akan menjadi fondasi penting bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan global di masa depan, serta tentunya meraih mimpi Indonesia Emas 2045.
*Artikel ini telah tayang di laman detik.com edisi Senin 28 Oktober 2024
Baca juga Proklamasi Kemerdekaan yang Sarat Makna