13/04/2023

Menggali Makna Damai dari Kisah Penyintas

Aliansi Indonesia Damai- Aktivis mahasiswa Universitas Andalas (Unand) mengaku tergetar hatinya setiap menyimak kisah penyintas aksi terorisme. Ia telah beberapa kali mendengarkan secara langsung korban bom berjuang untuk tetap hidup dari tragedi maut di masa lalu. Namun, perasaannya selalu campur aduk kala kisah korban diperdengarkan kembali.

“Masih sedih hati saya melihat korban-korban yang berjatuhan yang dia enggak tahu apa-apa gitu loh, kawan-kawan. Enggak tahu apa-apa tiba-tiba di situ ada ledakan bom, suaminya atau istrinya atau orang tuanya tiba-tiba dibawa pulang dalam kondisi sudah tidak bernyawa.” Demikian Muhammad Hafiz, mahasiswa Program Studi Administrasi Negara Unand mengatakan dalam forum diskusi bertajuk “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” di Padang, Sumatera Barat beberapa waktu lalu.

Baca juga Menebar Pesan Damai di Sumbar

Dalam kegiatan yang diinisiasi AIDA bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Unand tersebut, Hafiz berbagi pengalamannya mengikuti kegiatan AIDA yang menghadirkan penyintas dan mantan pelaku terorisme sebagai narasumber. Di hadapan ratusan sebayanya sesama mahasiswa, ia mengaku dapat menyerap nilai-nilai perdamaian dari penyintas dan mantan pelaku.

Terkhusus dari kisah penyintas, Hafiz menegaskan bahwa sosok tersebut menampilkan teladan akhlak yang luar biasa. “Bisa kita bayangkan, teman-teman, para korban tadi bisa memaafkan para mantan pelaku yang bisa dibilang membunuh, baik secara disengaja atau tidak disengaja, suaminya atau istrinya. Dia bisa maafkan itu,” ujarnya.

Baca juga Pejabat UNP Serukan Mahasiswa Jauhi Ekstremisme

Ia menganalogikan seorang mahasiswa yang memiliki kekasih namun karena suatu persoalan dua sejoli tersebut berpisah. Hubungan mahasiswa tersebut dengan mantan kekasihnya pasti tidak mudah. Sebagian orang bahkan merasakan dampak psikologis yang amat buruk terhadap kenangan dengan bekas kekasih. Dari itu, ia merefleksikan pada diri penyintas dalam hubungannya dengan mantan pelaku terorisme. Melihat keluasan hati mereka memaafkan mantan pelaku, Hafiz mengaku salut akan sikap luar biasa tersebut.

Poin pelajaran yang penting diambil dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme, menurutnya, adalah bahwa perdamaian tidak mungkin tercipta hanya dari satu pihak saja. Harus ada dua pihak yang saling memaafkan.

“Para korban tidak saja memaafkan mantan pelaku tapi juga berdamai dengan keadaan yang mereka alami. Tidak ada perdamaian yang diperjuangkan dengan jalur kekerasan. Perdamaian harus dijalankan dengan kebijaksanaan,” pungkasnya. [MLM]

Baca juga Aktivis Mahasiswa Padang: Utamakan Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *