19/12/2022

Aktivis Mahasiswa Padang: Utamakan Perdamaian

Aliansi Indonesia Damai- Ekstremisme keagamaan masih menjadi ancaman bersama di Indonesia, terutama bagi generasi muda yang kerap menjadi sasarannya. Untuk menyikapi hal itu, mahasiswa hendaknya mengutamakan perdamaian dalam menghadapi persoalan apa pun. Bila ada indikasi munculnya kelompok ekstrem, mahasiswa harus melapor ke pihak yang berwenang.

Demikian pesan yang disampaikan, Arsyad Nurrafiq, mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP), dalam diskusi “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” yang digelar AIDA di Padang, Sumatera Barat, beberapa waktu silam.

Baca juga Menguatkan Filter Mahasiswa

Arsyad mengajak para mahasiswa untuk mewaspadai ancaman kelompok ekstrem. “Untuk menyikapi paham-paham radikalisme, kita harus sama-sama menumbuhkan sikap perdamaian. Setiap ada permasalahan harus diselesaikan dengan damai. Kalau ada paham ekstrem, kita carikan pihak berwajib,” ujarnya.

Arsyad merupakan alumni Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang digelar AIDA beberapa waktu sebelumnya di Padang. Di hadapan puluhan peserta diskusi, Arsyad berbagi pengalamannya bertemu langsung dengan beberapa mantan pelaku dan korban terorisme dalam kegiatan pelatihan tersebut.

Baca juga Merangkul untuk Perdamaian

Ia mengajak peserta untuk menjadikan dua perspektif, yaitu mantan pelaku yang insaf dan ketangguhan korbannya dalam mengampanyekan perdamaian. Dua belah pihak dinilai memiliki narasi yang kuat, sebab kedua belah pihak adalah cerminan langsung dari aksi terorisme.

“Kami dipertemuakan dengan Bapak Ali Fauzi, adik trio pelaku Bom Bali yang sudah dieksekusi abang-abangnya, dan ada satu yang dipenjara seumur hidup. Ali Fauzi menceritakan faktornya bisa terlibat ke dalam kelompok teroris ini karena faktor keluarga. Selain itu, kami bertemu beberapa mantan teroris lain. Ada Pak Iswanto, ada juga Uda kita asal Pasaman. Uda kita ini sudah sempat ke Suriah. Alhamdulillah sekarang sudah balik lagi dia,” kata Arsyad.

Baca juga Mengokohkan Misi Perdamaian Mahasiswa

Arsyad menjelaskan, setiap orang bisa memiliki masa kelam, termasuk para pelaku. Meski demikian, ia mengaku kagum terhadap pilihan hidup pelaku yang insaf, bertobat, mengakui kesalahan-kesalahannya, dan berkomitmen menyebarkan perdamaian bagi masyarakat Indonesia. “Jadi, mantan teroris itu ada masa kelamnya. Tapi juga ada masa tobatnya,” ucapnya.

Dalam hematnya, para pelaku terorisme bukanlah orang yang tidak tahu apa-apa. Sebagian dari mereka sebenarnya termasuk orang-orang terdidik, namun karena faktor keluarga, pertemanan, dan faktor-faktor lain, mereka terjerumus ke dalam paham dan kelompok ekstrem. “Kami memahami bahwa orang-orang yang terlibat dalam terorisme itu bukan orang yang bodoh. Mereka orang yang pintar, aktif berorganisasi, kutu buku, namun salah pemahaman sehingga masuk paham-paham radikalisme ke dalam dirinya,” tuturnya.

Di akhir paparannya, ia mengajak mahasiswa untuk berpikir dan menjaga nalar kritis. Sebab mahasiswa identik dengan sikap kritis melalui diskursus akademik. [AH]

Baca juga Melestarikan Perdamaian di Kampus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *