03/01/2023

Menebar Pesan Damai di Sumbar

Aliansi Indonesia Damai- “Peristiwa terorisme yang dialami para korban itu sudah berlalu lama. Namun dampaknya, yaitu sakit, kemudian trauma, itu masih dirasakan oleh para korban. Betapa luar biasanya dampak dari sebuah kekerasan yang namanya aksi terorisme.”

Pernyataan ini disampaikan Muhammad Habibi Ezyoni, mahasiswa Universitas Andalas (Unand) Padang dalam acara Diskusi “Mengukuhkan Peran Mahasiswa dalam Membangun Perdamaian” yang digelar AIDA di kampus Unand Padang, Sumatera Barat, beberapa waktu silam.

Baca juga Pejabat UNP Serukan Mahasiswa Jauhi Ekstremisme

Habibi merupakan alumni Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang digelar AIDA beberapa waktu sebelumnya di Padang. Di hadapan puluhan peserta diskusi, Habibi yang bertindak sebagai narasumber berbagi pengalamannya bertemu langsung dengan beberapa mantan pelaku dan korban terorisme dalam kegiatan pelatihan tersebut.

Menurut dia, ideologi terorisme sangat berbahaya dan bisa menyasar siapa pun, tak hanya orang awam namun juga kalangan terpelajar. Habibi mengungkapkan, dirinya pernah bertemu dengan Kurnia Widodo, mantan narapidana terorisme yang terlibat dengan kelompok ekstrem sejak SMA.

Baca juga Aktivis Mahasiswa Padang: Utamakan Perdamaian

Saat kuliah hingga menggondol gelar Sarjana Teknik Kimia dari salah satu perguruan tinggi negeri kenamaan di Bandung, Kurnia masih tetap aktif di jaringan ekstremisme kekerasan. Kurnia bahkan sempat membuat laboratorium perakitan bom. Walhasil dia harus berurusan dengan hukum.

“Rekan-rekan mahasiswa yang sedang masa mencari jati diri atau mencoba banyak hal untuk dipelajari harus tetap waspada dengan paham ekstremisme, karena doktrin-doktrin yang diberikan biasanya mereka ingin mendirikan sistem pemerintahan khilafah,” katanya.

Baca juga Menguatkan Filter Mahasiswa

Selain tentang pertemuannya dengan mantan pelaku terorisme, Habibi juga menuturkan perjumpaannya dengan korban terorisme. Ia mengungkapkan kekaguman atas kebesaran hati sejumlah korban terorisme yang bisa memaafkan para pelaku terorisme, padahal dampak yang ditimbulkan aksi tersebut sangat dalam. “Korban ada yang kehilangan anggota tubuh sampai kehilangan nyawa orang yang disayanginya,” ujarnya.

Habibi membandingkan dengan teman-temannya sesama mahasiswa yang terkadang bermusuhan lama dan tidak saling sapa hanya karena beda pendapat. “Kita bisa mencontoh para korban dan mantan pelaku terorisme yang bahkan bisa saling memaafkan, bisa duduk bersampingan, mereka bisa mempraktikan perdamaian,” ucapnya. [YNWH]

Baca juga Merangkul untuk Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *