Bedah Film Tangguh di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Home Berita Menjaga Kedamaian Kampus Melalui Film “Tangguh”
Berita - 22/05/2019

Menjaga Kedamaian Kampus Melalui Film “Tangguh”

“Saya tidak bisa membayangkan rasa kehilangan yang begitu dalam yang mereka rasakan. Saya dibuat terheran-heran, bagaimana korban bom mampu memaafkan pelaku.”

Aliansi Indonesia Damai- Begitulah ungkapan salah satu peserta Diskusi & Bedah Film “Tangguh” yang diselenggarakan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerja sama dengan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan Kampus UPI Jl. Setiabudhi Kota Bandung, Kamis (2/5/2019). Film “Tangguh” adalah karya dokumenter AIDA yang menceritakan perjuangan hidup korban setelah terdampak serangan bom, serta pengalaman mantan pelaku bergabung dengan kelompok teroris sebelum akhirnya meninggalkan dunia kekerasan.

Kegiatan yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional tersebut dihadiri oleh 46 mahasiswa UPI dari berbagai jurusan. Saat film diputar peserta tampak emosional dan larut dalam kisah korban. Salah satu kisah dalam film itu adalah tentang seorang anak yang menjalani kehidupan sehari-hari tanpa kasih sayang seorang ibu. Sejak masih berusia lima tahun, ibundanya meninggal dunia setelah dua tahun menderita luka akibat serangan teror Bom Kuningan 9 September 2004 silam.

“Hati saya ikut tersayat ketika mendengar apa yang disampaikan korban. Saya benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat kita sayangi. Dari korban saya mendapatkan pelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas,” ungkap salah satu peserta dari jurusan Pendidikan Teknologi Agroindustri UPI sesaat setelah menonton film itu.

Film tersebut  juga mengisahkan penderitaan Sudirman A Talib yang menderita cacat mata seumur hidup akibat ledakan Bom Kuningan. Di balik penderitaan itu, Sudirman ternyata tidak menyimpan dendam terhadap pelaku. Ia memilih memaafkan, karena menurutnya dengan memaafkan hidupnya akan terasa lebih ringan.

Film itu juga merekam pengakuan Ali Fauzi, seorang mantan anggota kelompok Jemaah Islamiyah (JI) yang berafiliasi dengan jaringan teroris Alqaeda. Ali mengisahkan sepak terjangnya sejak awal bergelut dengan gerakan terorisme hingga akhirnya menyadari kekeliruan perjuangan kelompoknya, dan kini aktif menyuarakan perdamaian. “Tangguh” juga mengabadikan bagaimana ia meminta maaf kepada para korban, serta penyesalannya bahwa masa lalunya adalah kesalahan besar yang tidak saja merugikan dirinya sendiri, tetapi juga berdampak buruk terhadap banyak pihak.

Salah seorang peserta mengaku mendapatkan pembelajaran berharga dari pengalaman hidup korban dan mantan pelaku. Ia menilai bahwa orang yang pernah melakukan perbuatan buruk di masa lalu, boleh jadi akan sadar dari kekeliruan perbuatannya berkat ketulusan hati para korbannya yang bersedia memaafkan. “Dari kisah pelaku saya belajar bahwa pemaafan yang dilakukan oleh korban membawa dampak bagi mereka untuk benar-benar bertobat dan keluar dari ekstremisme,” ungkap seorang mahasiswa UPI jurusan Pendidikan Ekonomi.

Foto bersama setelah sesi Diskusi dan Bedah Film Tangguh di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung,  Kamis (2/5/2019)
Foto bersama setelah sesi Diskusi dan Bedah Film Tangguh di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Kamis (2/5/2019)

Pesan penting yang ingin disampaikan dalam Film “Tangguh” adalah proses rekonsiliasi  antara korban dan mantan pelaku terorisme demi terwujudnya perdamaian. Melalui kegiatan ini diharapkan generasi terpelajar bisa meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga perdamaian, terutama di lingkungan kampus. [LADW]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *