Home Berita Silaturahmi Korban dengan Tokoh Agama
Berita - 24/08/2017

Silaturahmi Korban dengan Tokoh Agama

Dua pekan lalu Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menyelenggarakan Pelatihan Penguatan Perspektif Korban Terorisme di Kalangan Tokoh Agama di Bandung, Jawa Barat. Kyai, ustaz, dan aktivis dakwah dari berbagai ormas Islam di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat hadir menjadi peserta dalam kegiatan tersebut.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran para peserta tentang pentingnya sudut pandang korban terorisme dimunculkan dalam aktivitas dakwah di masyarakat. Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, mengatakan bahwa korban terorisme memiliki potensi besar dalam mengampanyekan perdamaian di masyarakat. Melalui kesaksian para korban, masyarakat dapat mengetahui dan merasakan dampak destruktif aksi terorisme, sekaligus memahami pentingnya memelihara perdamaian.

Dalam kegiatan tersebut AIDA menghadirkan para korban terorisme untuk berbagi kisah. Mereka adalah Mulyono, korban aksi teror bom di depan Kedutaan Besar Australia di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004, serta Tamin, korban bom di Hotel JW Marriott Jakarta 5 Agustus 2003.

Secara bergantian Mulyono dan Tamin menceritakan pengalaman masing-masing saat terkena ledakan bom. Sambil menunjuk rahang bagian bawahnya Mulyono memperlihatkan bekas luka yang diakibatkan ledakan bom yang menimpanya 13 tahun lalu. Sementara itu, Tamin mengaku bersyukur terhalang sebuah mobil saat bom meledak. Meskipun tidak mengalami luka, dia mengaku sangat trauma bila teringat kejadian Bom JW Marriott atau saat menyaksikan berita aksi teror di media massa.

AIDA juga menghadirkan Tim Perdamaian yang terdiri atas penyintas dan mantan pelaku terorisme yang telah berekonsiliasi. Penuturan penyintas dan mantan pelaku yang telah saling memaafkan diharapkan dapat memperkaya wawasan para aktivis dakwah dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga kedamaian serta menjauhi paham-paham kekerasan.

Anggota Tim Perdamaian dalam kegiatan tersebut terdiri atas Endang Isnanik (penyintas Bom Bali 2002) dan Kurnia Widodo (mantan pelaku terorisme). Endang ialah janda almarhum Aris Munandar yang meninggal dunia saat sedang mencari nafkah menjadi penyedia jasa transportasi di kawasan Legian, Bali. Sementara itu, Kurnia ialah mantan anggota kelompok teroris jaringan Cibiru, Bandung.

Sepeninggal suami, Endang harus menghidupi anak-anaknya seorang diri. Di samping bersedih karena kehilangan suami, dia mengaku banyak mengambil hikmah dari tragedi Bom Bali. Dia mengaku semakin tersadarkan untuk selalu berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan.

Kurnia telah menjalani hukuman penjara dan kini memutuskan untuk meninggalkan dunia kekerasan. Dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan AIDA pada 2016 dia dipertemukan dengan sejumlah korban terorisme. Dia mengaku bersedih mengetahui bagaimana nasib para korban yang menderita akibat aksi teror.

Sebagian peserta menyampaikan kesan dan pesan mengikuti kegiatan ini. Seorang peserta mengatakan bahwa tantangan dakwah di era teknologi informasi serba maju seperti saat ini menuntut para aktornya untuk bersinergi menangkal gelombang ujaran kebencian yang masif di dunia maya.

“Tugas berat kita semua di kalangan pendakwah untuk juga terlibat dakwah di dalam konteks media sosial dan, katakanlah, dunia modern,” kata dia.

Dia juga berterima kasih kepada AIDA yang mengenalkan perspektif korban terorisme kepada para tokoh agama. Kesaksian para korban menurutnya dapat menggugah hati umat sekaligus menyadarkan untuk memahami ajaran agama secara utuh. [MLM] (SWD)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *