AIDA - Photo Dok AIDA LAODE ARHAM
Home Berita Wawasan Perdamaian Sejak Dini
Berita - Pilihan Redaksi - 05/02/2021

Wawasan Perdamaian Sejak Dini

Aliansi Indonesia Damai- Kampanye perdamaian penting dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan, terutama tingkat menengah. Generasi muda diharapkan mampu menjadi duta damai. Sebab masa depan bangsa Indonesia berada di pundak pemuda. 

Deputi Direktur AIDA, Laode Arham, menyatakan hal itu saat memberikan sambutan dalam Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang digelar AIDA, Jumat (29/01/2021) di SMK Bhinneka Karya Surakarta. Dalam pandangan Laode, pendidikan tidak hanya media untuk memperkaya pengetahuan semata, melainkan juga harus berkontribusi membangun generasi muda yang cinta damai. 

Master Kriminologi Universitas Indonesia itu mengaku prihatin atas berbagai fenomena sosial di Tanah Air yang dapat menjerumuskan masyarakat ke dalam aksi-aksi kekerasan. Berita bohong dan provokasi kebencian masih marak. Bahkan di tengah pandemi Covid-19, aksi-aksi kekerasan masih dapat ditemui di beberapa wilayah di Indonesia. 

“Kenapa ini menjadi penting dilakukan di sekolah-sekolah, karena terutama belakangan ini, bahkan di musim pandemi, masih ada pihak-pihak yang ingin menyebarkan suatu keburukan, suatu paham dan ajakan yang keliru, kemudian mengajak untuk melakukan kekerasan melalui penyebaran hoaks, berita palsu, dan segala macam,” katanya.

Menurut Laode, fenomena tersebut harus menjadi perhatian kolektif agar persoalan yang ada tidak sampai membawa masyarakat pada tindakan kekerasan. Jika tidak disikapi serius, narasi kebencian dan provokasi kekerasan dapat menimbulkan chaos. Dampak terjauhnya adalah negara bisa “bubar” seperti di Timur Tengah.  

Ia lantas mengajak generasi muda untuk belajar dari ketangguhan mantan teroris yang telah insaf dan juga dari korbannya. Dari kisah kedua belah pihak, Laode berharap generasi muda dapat mengambil pembelajaran, terutama dampak buruk akibat aksi-aksi kekerasan. “Kita penting menyikapinya dari mantan pelaku kekerasan dan korbannya. Dari korban nanti kita belajar bila tertimpa musibah, kita bisa mengambil hikmah dan bangkit menjadi pribadi yang lebih tangguh,” ujarnya.

Sementara dari kisah mantan pelaku, generasi muda diharapkan mampu menghindari paham-paham yang dapat membawa pada tindakan kekerasan. “Kita bisa belajar mengantisipasi hal-hal buruk yang dapat merusak masa depan kita, sehingga tidak terjebak ke dalam suatu pemahaman yang keliru dan masuk pada kelompok yang menyesatkan, yang mengajak pada kekerasan atas nama agama atau atas nama apa pun,” tuturnya.

Dalam kegiatan ini, AIDA menghadirkan Sudirman Thalib, korban Bom Kuningan 2004, dan Kurnia Widodo, mantan narapidana terorisme, untuk berbagi kisah masing-masing kepada puluhan siswa yang mengikuti kegiatan secara daring. (AH)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *