Home Berita Belajar Dari Ketangguhan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme
Berita - Pilihan Redaksi - 30/10/2019

Belajar Dari Ketangguhan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme

Aliansi Indonesia Damai – Pagi itu, aula Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta, Jawa Tengah telah dipenuhi oleh puluhan siswa-siswi, Kamis (17/10). Mereka bersiap mendapatkan pembelajaran dari kegiatan Dialog Interaktif yang digelar Aliansi Indonesia Damai (AIDA).

AIDA menghadirkan sejumlah korban (penyintas) dan mantan pelaku terorisme sebagai narasumber untuk berbagi pengalaman hidup. Salah seorang mantan pelaku, Kurnia Widodo mengatakan, ketika masih muda ia memiliki ghiroh yang tinggi untuk belajar Islam. Namun demikian, akibat salah memilih pertemanan, ia terjerumus ke dalam paham dan ajaran-ajaran kekerasan. Di dalam kelompok kekerasan, ia mengaku kerap menyalahkan, bahkan mengkafirkan orang lain. 

Saat ini, pria kelahiran Lampung tersebut telah meninggalkan paham dan kelompok kekerasan. Bagi Kurnia, pertaubatan dirinya terjadi ketika ia dipenjara dan dipertemukan dengan sejumlah korban dari aksi kekerasan.  Ia merasa apa yang dilakukannya dahulu telah melukai orang-orang tak bersalah. 

Sejak bergabung dengan AIDA, Kurnia mulai berani mengisahkan kekeliruan kelompoknya dahulu yang kerap membenarkan cara-cara kekerasan. Ia pun berpesan agar generasi muda bisa mengambil pembelajaran dari kisahnya, dan tidak mengikuti jalan kekerasan.

“Saya berpesan kepada generasi muda, untuk tidak mengikuti jejak yang dahulu pernah saya jalani, dan jangan suka mengkafirkan orang lain, pemahaman keagamaan (kami) itu tertutup. Orang-orang Islam di Indonesia dianggap hanya Islam KTP saja,” ujar Kurnia. 

Baca juga Komitmen Pelajar Surakarta Menjadi Duta Damai

Ketika ditanya oleh seorang siswa, apa yang membuat kelompok Kurnia merasa istimewa, ia menjawab bahwa kelompoknya dahulu menganggap orang atau kelompok yang berbeda pandangan dengan kelompoknya sebagai kafir, meskipun orang tersebut beragama Islam. Kini ia menyadari bahwa tak ada seorang pun yang berhak memvonis keimanan orang lain, karena hal itu merupakan hak prerogatif Allah. “Pesan saya jangan sampai generasi muda sempit dalam memahami pesan agama. Setiap agama mengajarkan kebaikan dan perdamaian. Sementara dendam tidak akan menyelesaikan masalah,” jelas Kurnia. 

Selain belajar dari kisah pertaubatan mantan pelaku ekstremisme, para siswa juga belajar dari kisah-kisah korbannya. Sebagai korban, banyak kepiluan hidup yang harus mereka jalani. Sejumlah korban mengalami luka bakar yang proses pengobatannya berlangsung selama bertahun-tahun. Ada pula yang kehilangan sebagian anggota tubunya. Bahkan, yang paling menyedihkan, tidak sedikit para korban yang harus kehilangan istri atau suami tercinta akibat terkena ledakan bom.

Baca juga Menyemai Damai di Kalangan Muda Melalui Film

Salah seorang korban Bom Bali 2002, R. Supriyo Laksono juga berbagi kisahnya kepada para siswa. Sony, sapaan akrabnya, mengalami luka-luka di bagian kepala akibat reruntuhan bangunan saat peristiwa bom. Ia juga harus kehilangan istri tercinta karena meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Meski demikian, setelah belasan tahun ledakan itu terjadi, ia tidak menaruh dendam, bahkan telah memaafkan para pelaku. “Karena saya sudah berdamai dengan diri sendiri dan berdamai dengan mantan pelaku (Kurnia), maka hal itu membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” tuturnya.

Sejak 2015, Sony bergabung dengan tim perdamaian AIDA dan menyuarakan perdamaian bagi kalangan muda Indonesia. Ia berharap, melalui kisahnya, banyak orang lebih peka akan bahaya terorisme, sehingga masyarakat luas lebih memiliki kesadaran yang sama untuk mewujudkan perdamaian Indonesia.

Di akhir sesi, Deputi Direktur AIDA Laode Arham menyimpulan bahwa dari kisah mantan pelaku diharapkan tidak ada lagi yang menjadi pelaku terorisme, dan dari kisah korban tidak ada lagi orang yang menjadi korban. Laode juga mengajak para siswa agar senantiasa menjaga perdamaian, minimal bagi teman, keluarga dan di lingkungan sekitarnya. [FS]

Baca juga Dari Jalan Kekerasan, Menjadi Duta Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *