Mahasiswa Rentan Terpapar Ekstremisme

Aliansi Indonesia Damai- Kelompok ekstremis gencar menyebarkan ideologi kekerasan di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Kampus dinilai menjadi salah satu area yang kondusif untuk menyemai paham-paham kekerasan. Tak ayal mahasiswa pun menjadi kelompok yang rentan terpapar paham ekstremisme.

Hal itu disampaikan mantan pelaku terorisme, Sofyan Tsauri, dalam kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa, yang digelar AIDA, Maret silam. Sofyan mengatakan, berdasarkan pengalamannya dulu, kalangan mahasiswa banyak tertarik dengan gerakan-gerakan eksklusif yang mengarah pada ekstremisme karena terlihat heroik. “Ini terjadi di banyak kampus di Indonesia,” katanya.

Baca juga Mahasiswi Brawijaya Belajar Kemanusiaan dari Korban

Sofyan pernah terpapar paham ekstrem dan bergabung dengan kelompok terorisme hingga akhirnya harus menjalani kehidupan di balik jeruji besi selama beberapa tahun. Kini ia insaf dan aktif mengampanyekan perdamaian bagi masyarakat luas. Sofyan ingin pengalamannya menjadi pembelajaran bagi kalangan muda agar tidak terjebak dalam dunia kelam seperti yang dialaminya.

Banyak orang yang terpengaruh oleh retorika kelompok ekstrem yang seolah-olah membela Islam, namun pada akhirnya mereka menyesal di kemudian hari. “Banyak teman-teman kita yang berprestasi malah terjebak untuk pergi ke Suriah. Mereka terpengaruh akan janji manis kelompok kekerasan. Ternyata di sana mereka tinggal di pengungsian, makan susah. Akhirnya sengsara. Itulah dampak salah paham ekstrem,” katanya.

Baca juga Aktivis Unesa Ajak Mahasiswa Peduli Perdamaian

Sofyan pun mengajak kalangan muda untuk menghindari paham-paham ekstrem. Sekalipun mereka kerap membawa teks-teks agama untuk melegitimasi tindakannya, namun hal itu harus tetap disikapi secara kritis dengan tidak mudah percaya saat mereka membenarkan aksi-aksi kekerasan.

“Kadang kita tidak enak hati untuk menolak, karena yang dibawa itu Al-Quran dan Sunnah Nabi. Kita bukan menolak Sunnah, tapi ketika yang disampaikan menyeleweng dari ajaran agama, itulah yang harus diwaspadai,” kata Sofyan.

Baca juga Komitmen Mahasiswa Jember untuk Perdamaian

Di hadapan puluhan mahasiswa aktivis, Sofyan memaparkan sejumlah ciri kelompok ekstrem yang harus dihindari. Biasanya mereka menganggap kelompoknya sebagai yang paling benar dan kelompok lain salah, bahkan kafir. “Mereka mengembangkan paham takfiri, yaitu mudah mengkafirkan,” ujarnya.

Selain itu, ciri lainnya adalah tidak mau menjawab salam dari orang di luar kelompoknya, karena menganggap keislamannya tidak jelas. Bahkan yang lebih ekstrem, kelompok ini menolak memakan daging dari hasil sembelihan orang di luar kelompoknya. “Karena mereka mengganggap sembelihan itu tidak halal. Biasanya mereka potong sendiri,” katanya. [NOV]

Baca juga Dari Mahasiswa untuk Perdamaian Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *