Penyintas Bom Bali Menjadi Bapak Sekaligus Ibu
Aliansi Indonesia Damai- Tak pernah terbayang dalam benak I Wayan Sudiana menjadi bapak sekaligus ibu bagi anak-anaknya yang masih belia. Namun peristiwa teror Bom Bali 2002 membuatnya harus menghadapi kenyataan itu. Sang istri, Widayati, meninggal dunia dalam musibah itu. Marah, trauma, hingga takut keluar rumah berbulan-bulan pernah menghinggapi Wayan. Namun masa kelam itu berhasil terlewati.
Malam sebelum kejadian, Wayan memang mengalami mimpi yang tidak dipahaminya. Ia melihat tetangganya menggelar hajatan yang dihadiri oleh banyak orang. Dalam acara itu mereka membakar sate kambing bersama. Namun ia tidak pernah menafsirkan mimpi itu hingga musibah yang menerpa istrinya pada 12 Oktober 2002 malam.
Baca juga Penyintas Bom Bali: Lawan Kekerasan dengan Menebar Kebaikan
Mengendarai sepeda motor, malam itu Wayan hendak menjemput istri dari tempat kerjanya di Sari Club, Legian Kuta. Dalam perjalanan terdengar ledakan yang sangat keras, bahkan tanah yang dilewatinya seperti bergoyang. Sambil berkendara ia terus memendam pertanyaan tentang sumber ledakan, hingga sekira 1 kilometer dari Jalan Legian terlihat asap membumbung tebal di langit. Kekhawatiran menyelimuti pikirannya.
Sesampainya di dekat Sari Club, ia melihat kobaran api dan bangunan yang luluh lantak. Dengan segala risiko, Wayan nekat menerobos masuk ke dalam gedung dan melihat banyak orang sudah tak bernyawa dengan kondisi mengenaskan. Ia berupaya mencari keberadaan sang istri hingga dini hari tetapi gagal. Salah seorang saudaranya datang untuk menjemput dan mengajaknya pulang.
Keesokan harinya Wayan kembali melanjutkan pencarian di beberapa rumah sakit yang merawat para korban. Namun lagi-lagi tak menuai hasil. Sementara anak-anaknya di rumah terus bertanya perihal kabar ibunya. Pertanyaan yang ia tak tahu jawabannya. Beberapa hari berikutnya, sang istri berhasil diidentifikasi. Jasadnya tak lagi utuh. “Selama dua hari dua malam saya tidak doyan makan sama sekali. Nafsu makan hilang,” katanya mengenang.
Baca juga Nyoman Rencini, Mewujudkan Mimpi Mendiang Suami
Selama 6 bulan berikutnya ia mengalami trauma hingga tidak berani keluar rumah. Namun berkat dukungan dari teman-temannya, Wayan memutuskan untuk mencari pekerjaan. Bagaimana pun ia adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab menafkahi anak-anaknya. “Saya ingin membesarkan anak-anak saya agar mereka kelak menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa,” tuturnya.
Sejak saat itu hingga kini Wayan bekerja sebagai pemandu wisata. Wayan memang pernah sangat marah karena kehilangan istrinya, namun tidak menaruh dendam kepada pelaku pengeboman. Sehingga dalam beberapa kesempatan, AIDA memertemukannya dengan mantan pelaku terorisme yang telah insaf. Walhasil ia bisa berinteraksi dengan baik bersama mantan pelaku. Baginya, setiap manusia bisa berubah dari keburukan menuju kebaikan.
Baca juga Titik Terang Dalam Kegelapan