Pesan Antikekerasan Pelajar Bukittinggi
Aliansi Indonesia Damai– Dalam beberapa tahun terakhir AIDA rutin menggelar kampanye perdamaian di berbagai sekolah di tanah air. Salah satu daerah yang dikunjungi AIDA adalah kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Sebagaimana di daerah lainnya, AIDA menghadirkan tim perdamaian sebagai narasumber. Mereka terdiri dari unsur mantan pelaku terorisme dan korbannya.
Tim perdamaian berbagi pengalaman hidup di hadapan sekitar 50 siswa-siswi di setiap sekolah. Melalui kisah tim perdamaian, AIDA mengajak generasi muda untuk mengambil pembelajaran (ibroh) untuk mewujudkan Indonesia yang lebih damai. Beberapa peserta menyampaikan kesan dan pesannya dalam kegiatan yang dikemas dalam bentuk dialog interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” tersebut.
Baca juga Pesan Damai Kepala SMA Hasyim Asy’ari Batu
Berikut ini Redaksi merangkum pesan-pesan antikekerasan dari para pelajar Bukittinggi.
Kekerasan Akan Melahirkan Penyesalan
Salah satu pelajar SMAN 2 Bukittinggi mengaku terinspirasi dari penyesalan dan pertobatan mantan pelaku. “Dalam setiap kekerasan yang kita lakukan, pasti ada penyesalan yang akan terjadi dalam hidup kita. Perlu kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik karena kekerasan itu pasti tidak baik. Kita satu karena kita Bhinneka Tungga Ika,” ujarnya.
Baca juga Cerdas Bermedia Sosial
Kekerasan Tidak Memberikan Manfaat
Seorang peserta di SMAN 3 Bukittinggi menuturkan, kisah-kisah yang disampaikan narasumber telah menggugah kesadarannya betapa kekerasan tidak akan memberikan manfaat. Justru kekerasan hanya akan menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan juga orang lain.
Baca juga Makna Damai di Mata Siswa SMAN 6 Cirebon
Menurut dia, setiap masalah yang ada sesungguhnya bisa dibicarakan dengan baik. Dia percaya, cara seperti itu bisa mengurai ketegangan serta dapat memupus perselisihan sekaligus menjaga perdamaian dengan orang lain. “Kasar tidak akan memberikan manfaat kepada kehidupan kita, sebaliknya akan menimbulkan dampak hal-hal yang sangat merugikan, baik itu bagi dirinya sendiri maupun kehidupan orang lain,” katanya.
Jihad dengan Gigih Belajar
Sedikit berbeda dengan peserta lainnya, seorang siswa SMAN 1 Bukittinggi menyimpulkan pesan-pesan dari kegiatan tersebut. Ia mengatakan, semangat jihad kaum muslimin harus diarahkan dalam hal positif dan tidak pada cara-cara kekerasan. Ia mencontohkan sebagai seorang pelajar, jihad yang paling baik adalah dengan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu.
“Jihad tidak selalu dengan cara kekerasan, jihad juga bisa dengan menanamkan kegigihan belajar. Selain itu, dalam bersosialisasi kita juga harus bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk,” ucapnya. [MSH]