Rentan Menjadi Ekstremis
Aliansi Indonesia Damai- Hasibullah Satrawi, penulis buku La Tay’as: Jangan Putus Asa, Ibroh dari Kehidupan Mantan Teroris dan Korbannya, mengingatkan para mahasiswa agar tidak terlalu percaya diri dapat selamat dari virus ekstremisme. Pasalnya ideologi ini dapat menjangkiti siapa pun, tanpa pandang jenjang pendidikan.
“Jangan merasa kita gagah berani akan selamat dari ajakan kelompok seperti itu. Jangan pikir kita bisa kebal dari pengaruh. Mau Profesor atau Doktor, semua memiliki kesempatan untuk bergabung dengan kelompok-kelompok ekstrem,” tutur Hasibullah dalam kegiatan “Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Mantan Teroris dan Korbannya.” Kegiatan ini diselenggarakan AIDA secara daring bekerja sama dengan Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya, akhir Juli lalu.
Baca juga Kekerasan Hanya Menumbuhkan Masalah Baru
Kepada puluhan mahasiswa Unibraw yang mengikuti kegiatan, Hasib, sapaan akrab Hasibullah, menyampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, gerakan ekstremisme kekerasan cukup bertumbuh subur di kalangan mahasiswa. Tak sedikit mahasiswa yang terlibat dalam jaringan kelompok kekerasan, bahkan terorisme. Karena itulah kewaspadaan harus terus ditingkatkan sebab peran mahasiswa sangat dibutuhkan dalam memupuk perdamaian. “Sudah seharusnya mahasiswa kembali pada perpustakaan, membuka ilmu pengetahuan, perkuat bacaan, termasuk sejarah bangsa, sehingga tidak berpegang pada ujungnya saja,” katanya.
Baca juga Kisah Korban Bangkitkan Nilai Kemanusiaan
Ia mengimbau agar mahasiswa aktif menyalakan keran-keran diskusi terhadap berbagai macam pemikiran dan pemahaman agar timbul kepedulian dan empati. “Kalau ada yang berbeda, jangan langsung lakukan pembubaran, ajaklah ‘berkelahi’, tapi di meja diskusi,” ujarnya.
Terkait dengan buku karyanya, Hasib mengatakan bahwa buku tersebut adalah refleksi perjalanannya selama bertahun-tahun dalam mendampingi korban dan mantan pelaku terorisme. Kisah-kisah tersebut disampaikan dengan harapan bisa mewujudkan sebuah perdamaian.
Baca juga Jangan Lelah Menjaga Perdamaian Indonesia
“Buku ini ditulis sebagai bentuk ketidakmampuan saya secara pribadi untuk memendam kisah itu sebagai kisah yang senyap, padahal banyak sekali pelajaran dari kisah mereka. Maka buku itu saya beri judul La Tay’as, Jangan Putus Asa, karena hidup ini tidak selalu sesuai dengan yang kita inginkan. Kita semua sering di ambang keputusasaan karena situasi yang sangat berat kita hadapi,” ujarnya.
Diskusi ini tak hanya mengupas buku yang berisi kisah-kisah inspiratif korban bom dan mantan teroris, melainkan juga menghadirkan Dwi Siti Romdhoni, korban Bom Thamrin 2016, dan Kurnia Widodo, mantan teroris yang telah bertobat, untuk membagikan kisahnya secara langsung. [LADW]
Baca juga Perbedaan Itu Unik