28/07/2020

Perbedaan Itu Unik

Aliansi Indonesia Damai- Perbedaan harus dimaknai sebagai anugerah Allah yang harus disyukuri, bukan dihindari, apalagi ditolak. Dalam perbedaan, kita bisa melihat keunikan-keunikan.

Pernyataan ini diungkapkan oleh mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Bero Santoso, dalam kegiatan “Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya, yang digelar AIDA secara daring pada Kamis (23/07/2020).

Baca juga Mahasiswa Unesa Belajar Pemaafan Penyintas Bom

Kegiatan ini diikuti oleh puluhan mahasiswa Unesa. Sejumlah narasumber dihadirkan dalam kegiatan ini, antara lain penulis buku, Hasibullah Satrawi, korban Bom Kampung Melayu 2017, Jihan Thalib, dan mantan pelaku terorisme, Choirul Ikhwan.

Bero adalah alumni Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa Jawa Timur yang diselenggarakan AIDA pada Maret 2020. Saat itu ia  mendengar langsung kisah ketabahan para korban terorisme dalam menjalani hidup serta kebesaran jiwa mereka memaafkan pelaku teror.

Baca juga Kisah Korban Bangkitkan Nilai Kemanusiaan

Di sisi yang berbeda, mantan pelaku terorisme mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada korban, serta berkomitmen untuk memerbaiki kesalahannya di masa lalu dengan mengampanyekan perdamaian. “Saya melihat rekonsiliasi antara korban dan mantan pelaku terorisme yang begitu damai”, ujarnya.

Dari rekonsiliasi tersebut, Bero mendapatkan banyak pelajaran, antara lain harus pintar mewarnai hidup, salah satunya dengan perdamaian. Secara sederhana, perdamaian bisa dilakukan dengan kelegawaan untuk menerima perbedaan dan melihat keunikan di dalamnya.

Baca juga Jangan Lelah Menjaga Perdamaian Indonesia

“Indonesia memiliki suku, ras, agama yang berbeda-beda. Walaupun berbeda-beda dan memiliki keunikan masing-masing, negara kita tetap bisa bersatu. Kita harus memaknai perbedaan itu dengan baik, agar tercipta persatuan dan solidaritas,” katanya.

Terkait dengan isi buku Ibroh, Bero mendapatkan pelajaran yang menarik, yakni setiap manusia harus saling memaafkan, karena dengan memaafkan, perdamaian itu akan terwujud. “Dalam Islam, kita tidak boleh membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan. Kita harus membahas ketidakadilan dengan kebaikan,” katanya memungkasi. [NOV]

Baca juga Ledakan Bom Nyaris Mengubur Mimpi Korban

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *