Mewaspadai Penganut Takfiri Kekerasan
Aliansi Indonesia Damai- Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Solahudin, menyatakan bahwa penganut ekstremisme kekerasan berbasis agama tidak dapat diamati sekadar dari penampilannya, melainkan harus dari pemahaman yang mereka yakini sebagai kebenaran.
Kelompok ekstrem menganut paham takfiri yaitu pengkafiran terhadap aparat pemerintah dan umat Islam di luar kelompoknya karena hidup dalam negara thaghut yang tidak menerapkan hukum Islam. “Pokoknya kalau sudah ada murid yang kerjanya mengkafir-kafirkan, itu sudah berbahaya, harus diwaspadai”, ucap Solah dalam “Dialog Bersama Menjadi Guru Damai” yang diadakan AIDA di Bukittinggi Sumatera Barat beberapa waktu lampau. Kegiatan diikuti oleh 20 orang guru SMA dari lima sekolah di kota tersebut.
Baca juga Pendidik Sumber Perdamaian
Solah menerangkan, paham takfiri ekstrem ini menganggap bahwa seluruh aparat pemerintah, seperti polisi, tentara, termasuk guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) masuk dalam bagian ansharut thaghut (penolong setan). Bahkan semua umat Islam di Indonesia yang mengakui keabsahan sistem negara juga kafir, karena berkontribusi dalam membentuk pemerintahan thaghut melalui pemilihan umum (Pemilu).
Paham ini sangat berbahaya karena semua orang yang kafir halal darahnya. “Semakin berbahaya karena paham jihad takfiri cepat sekali perkembangannya. Saya tidak pernah menyangka secepat itu,” ujarnya.
Baca juga Jangan Lelah Menjaga Perdamaian Indonesia
Akibat dari perkembangan ideologi takfiri ekstrem adalah modus terorisme yang semakin variatif, tidak lagi menggunakan bom berdaya ledak tinggi, tetapi juga penembakan, penyerangan personal, bahkan pembakaran yang biayanya relatif murah dan bisa dilakukan oleh siapa pun.
Solahudin mencontohkan, pada tahun 2004 aksi terorisme di kedutaan besar (kedubes) Australia atau Bom Bali tahun 2002 menggunakan bom dengan daya ledak sangat luar biasa, sehingga memakan korban yang sangat banyak. Tetapi aksi-aksi terorisme mutakhir tidak bisa dianggap enteng karena membuat aksi teror semakin masif. [MSH]
Baca juga Ekstremis Tebar Ideologi Lewat Medsos