08/08/2020

Mewaspadai Propaganda Daring Ekstremis

Aliansi Indonesia Damai- Penyebaran konten ekstremisme kekerasan melalui jagat maya, khususnya media sosial, berlangsung sangat masif dan efektif. Konten-konten berisi propaganda tersebut berhasil membuat banyak orang bergabung dalam jaringan ekstremisme, bahkan rela hijrah ke Suriah demi bergabung dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syam). 

Pernyataan ini disampaikan oleh Solahudin, peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) dalam “Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya” yang digelar AIDA secara daring pada akhir Juli lalu. Kegiatan diikuti puluhan mahasiswa Universitas Brawijaya Malang.

Baca juga Elemen Utama Propaganda Ekstremisme

Dalam studi yang dilakukan Solah, dahulu orang butuh waktu cukup lama untuk menjadi pelaku ekstremisme kekerasan. Namun kini cukup beberapa bulan belajar ekstremisme, orang bisa nekat melakukan aksi-aksi teror. “Dahulu proses radikalisasi hampir dipastikan berlangsung lama, dari 3 sampai 5 tahun melalui taklim yang bersifat tertutup. Namun di era media sosial, penyebarannya begitu cepat,”  kata Solah, sapaan akrab Solahudin.

Menurut dia, sejumlah orang mengalami proses radikalisasi secara cepat karena berlangganan banyak kanal telegram, mengikuti banyak grup whatsapp, yang mana semuanya berisi konten-konten ekstremisme. Walhasil terjadilah intensifikasi ekstremisme dalam dirinya.

Baca juga Mewaspadai Penganut Takfiri Kekerasan

Sejak 2014, sekitar 1300 orang hijrah ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS yang telah mendeklarasikan sebagai Khilafah ‘ala Minhaj al-Nubuwwah. Ketika sejumlah negara yang berbatasan dengan Suriah kemudian mengetatkan arus manusia yang masuk ke negeri tersebut, ISIS mengeluarkan fatwa “maut”, yaitu seruan jihad di negerinya masing-masing karena pintu hijrah ditutup. “Pengikut ISIS tidak hanya lagi menggunakan bom, tetapi dengan cara apa pun, termasuk menusuk dan menabrak dengan mobil,” ucap Solah.

Solah menyatakan, simpatisan ISIS memandang bahwa aparat kepolisian dan para pejabat negara sebagai ansharut thaghut yang harus dimusuhi. Tak heran banyak aksi teror yang menyasar kepada mereka. “Bahwa para pejabat negara dan pemerintah Indonesia dianggap telah melanggar syariat Islam,” katanya. [FS]

Baca juga Ekstremis Tebar Ideologi Lewat Medsos

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *