Menjaga Kampus dari Ekstremisme
Aliansi Indonesia Damai- Mahasiswa memiliki tanggung jawab moril dalam melestarikan perdamaian di Indonesia. Langkah paling awal adalah menjaga lingkungan kampusnya sendiri dari hal-hal buruk, salah satunya virus ekstremisme kekerasan yang terbukti telah memberikan dampak destruktif bagi kehidupan manusia.
Hal ini diungkapkan oleh Risandy Yahya Putra Anggrandy, alumni pelatihan pembangunan perdamaian AIDA, saat memberikan testimoni dalam “Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Mantan Teroris dan Korbannya” yang digelar AIDA secara daring, Kamis (06/08/2020). Kegiatan diikuti oleh puluhan mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Baca juga Kekerasan Hanya Menumbuhkan Masalah Baru
Mahasiswa Departemen Ilmu Sejarah FIB Unair itu berbagi pengalamannya pernah bertemu langsung dengan mantan pelaku terorisme dan korbannya dalam salah satu kegiatan AIDA beberapa bulan lalu. Ia mengatakan, kisah-kisah dari kedua belah pihak sarat akan makna kehidupan dan pembelajaran yang relevan bagi kalangan mahasiswa. “Apa yang disampaikan oleh narasumber tentu menjadi evaluasi diri, agar kita lebih memahami arti penting perdamaian yang saat ini sedang digaungkan,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, ia mengajak mahasiswa untuk menyerap pengetahuan dari para narasumber, terutama informasi dan wawasan mengenai terorisme yang bersumber langsung dari mantan pelakunya. “Gerakan terorisme yang terjadi di Indonesia adalah problem yang sangat penting. Tentunya dapat dicegah dengan cara kita memahami apa itu terorisme dan perdamaian sejak awal,” tutur Risandy.
Baca juga Semua Bisa Jadi Korban Terorisme
Selain berbagi pengalaman, ia juga mengulas inti dari buku yang ditulis oleh Hasibullah Satrawi tersebut. Menurut dia, buku itu memberikan perspektif yang berbeda mengenai persoalan terorisme di Indonesia. “Buku ini sangat menginspirasi bagi pembacanya, karena menghadirkan dua sisi yang dikaji, yaitu dari perspektif korban dan pelaku terorisme,” katanya.
Dalam persoalan terorisme, Risandy mengajak mahasiswa untuk memerhatikan nasib korban, bukan hanya pelakunya. Sebab dampak buruk paling nyata dari tindakan terorisme dialami langsung oleh korbannya. “Hingga saat ini korban masih berjuang melanjutkan hidup secara maksimal, meskipun kejadian tragis itu sangat pahit. Mungkin sampai saat ini masih terngiang-ngiang dari benak mereka,” ucapnya. [AH]
Baca juga Perbedaan Itu Unik