17/11/2020

Menjauhi Ajaran Kekerasan

Aliansi Indonesia Damai- Sadisme kelompok teroris dalam melakukan aksi-aksinya tak bisa diterima secara logis oleh masyarakat kebanyakan. Bagaimana tidak, perbedaan ideologi bisa menjadi alasan menghalalkan seseorang untuk dibunuh. Bahkan lebih dari itu, mereka juga berambisi melakukan serangan-serangan yang tidak hanya mencelakai orang lain, namun juga merenggut nyawanya sendiri.

Pemikiran itu menyulut pertanyaan, “Kenapa seseorang bisa sangat percaya dan tega melakukan semua aksi kekerasan itu?” ujar seorang siswa SMAN 8 Bandar Lampung dalam Dialog Interaktif “Belajar bersama menjadi Generasi Tangguh” yang selenggarakan AIDA secara daring, Selasa (10/11/ 2020). Ia menanyakannya kepada Kurnia Widodo, mantan narapidana terorisme.

Baca juga Dialog Pelajar Lampung dengan Mantan Ekstremis

Kurnia menjelaskan, Islam sama sekali tidak mengajarkan kekerasan atau anarkisme. Setiap peperangan yang dilakukan oleh umat Islam adalah bentuk pembelaan diri. Dalam Islam dilarang keras untuk melakukan perbuatan zalim. “Apabila seseorang melakukan anarkisme sehingga menzalimi orang lain, maka itu bukan membela Islam namun justru akan menjadi citra buruk bagi Islam,” katanya.

Menurut dia, salah satu narasi yang kerap dipakai oleh kelompok ekstremis adalah tentang akhir zaman. Dunia dianggap sudah dikuasai oleh kejahatan, kesesatan, dan fitnah terhadap umat Islam. Kelompok tersebut meyakini bahwa hanya kelompoknya yang benar dan selamat. Sedangkan mayoritas umat tersesat dan tidak akan selamat. Karena itulah mereka melakukan aksi-aksi kekerasan untuk memerangi kelompok yang dianggap sesat.

Baca juga Semangat Siswa Lampung Menebar Damai

“Kita seharusnya bersyukur negara kita damai, tidak terfitnah. Kita sebagai umat Islam dapat beribadah bebas tanpa merasa tertekan. Apalagi kalau pengakuan mereka melakukan serangan di Indonesia untuk membela umat Islam seperti di Palestina, mereka sangat salah,” katanya.

Senada dengan Kurnia, Ketua Pengurus AIDA, Hasibullah Satrawi mengatakan, kelompok teroris pandai memilih keadaan untuk meyakinkan kepada calon anggota jaringan bahwa apa yang mereka katakan adalah kebenaran mutlak. Sebagai contoh mereka mengatakan bahwa beragama Islam harus total, sehingga harus memerjuangkan terbentuknya Negara Islam.

Baca juga Generasi Tangguh Belajar dari Pengalaman

“Banyak cara yang mereka lakukan, bahkan logikanya seperti orang jual jamu. Dibikin simpel tapi bisa diterima seakan-akan benar. Itu sangat berbahaya sekali,” ucapnya.

Pada kesempatan tersebut Hasibullah berpesan kepada para siswa untuk menghindari kelompok yang menyampaikan pemahaman yang berbeda dengan apa yang diajarkan oleh kebanyakan guru dan orang tua.

Di akhir acara, seorang siswa menyampaikan pembelajaran yang ia dapatkan dari kegiatan itu. Ia mengatakan bahwa sebagai generasi muda harus berhati-hati dalam bergaul dan menerima informasi. Hal itu tak lain sebagai upaya untuk menjauhi ajaran-ajaran sesat. [FL]

Baca juga Menumbuhkan Jihad Belajar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *