06/10/2021

Ekstremisme Rentan di Era Pandemi

Aliansi Indonesia Damai- Paham ekstremisme masih menjadi ancaman bagi masyarakat luas, terutama kalangan pelajar. Meski situasi pandemi, ekstremisme masih sangat rentan. Kelompok ekstrem justru gencar menyebarluaskan paham dan ajakan kekerasan di jagat maya, khususnya via media sosial. Padahal di sisi lain, kegiatan belajar mengajar (KBM) kebanyakan dilakukan secara daring. Sehingga mengharuskan pelajar lebih aktif di jagat maya.

Direktur Eksekutif AIDA, Riri Khariroh, mengingatkan hal itu kepada puluhan siswa yang mengikuti Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” pada Senin (04/10/2021). Kegiatan digelar AIDA bekerja sama dengan Kemendikbud Ristek dan tiga SMA Negeri di kota Malang, yaitu SMAN 1 Malang, SMAN 2 Malang, dan SMAN 3 Malang.

Baca juga Dialog Mahasiswa UHO Kendari dengan Ahli Terorisme

Dalam kesempatan itu Riri menekankan pentingnya nilai-nilai ketangguhan bagi generasi muda agar tidak terpapar paham ekstrem. Tidak hanya tangguh secara fisik, tetapi juga secara mental dan spiritual. Nilai ketangguhan diyakini mampu menangkal paham ekstrem sekaligus menjadikan generasi muda sebagai duta perdamaian bagi masyarakat luas.

“AIDA sebagai lembaga yang sangat concern dengan isu perdamaian, dan Kemendikbud yang concern dengan dunia pendidikan dan karakter generasi muda, berkolaborasi untuk menumbuhkan generasi muda yang tangguh. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga mental dan spiritual,” ujar lulusan Ohio University, Amerika Serikat.

Baca juga Terorisme bukan Ajaran Islam

Menurut Riri, kampanye-kampanye damai penting digencarkan karena generasi muda rentan terpapar paham kekerasan. Kegiatan itu juga selaras dengan visi Kemendikbud untuk menumbuhkan karakter generasi muda yang antikekerasan. “Mas Menteri Pendidikan (Nadiem Makarim: red) selalu menekankan tiga dosa besar di dunia pendidikan; bullying, kekerasan seksual, dan intoleransi ekstremisme,” kata Riri.

Saat pandemi, Riri melihat penyebaran paham ekstrem masih terjadi di media sosial. Hal itu mengindikasikan bahwa kerentanan paham ekstrem masih terjadi. “Kami melihat pesan dan propaganda yang dilakukan kelompok ekstrem untuk menghasut masyarakat, terutama generasi muda, masih berseliweran di sana-sini, khususnya di media sosial,” tuturnya.

Baca juga Wawasan Wasathiyah Tangkal Ekstremisme

Karena itu dia mengajak para siswa untuk belajar makna ketangguhan dari mantan pelaku terorisme yang insaf dan beralih ke jalan perdamaian. Ia juga mengajak menyerap makna ketangguhan dari kisah penyintas terorisme yang mampu bangkit dari keterpurukan.

Terakhir ia berharap kisah-kisah korban dan mantan pelaku tidak hanya berhenti di acara tersebut, tetapi juga mampu diterapkan inspirasi-inspirasinya dalam kehidupan sehari-hari. “Kami harapkan siswa-siswi dapat belajar dan mengambil inspirasi dari kisah-kisah para narasumber,” ujarnya memungkasi sambutan. [AH]

Baca juga Imam Besar Istiqlal: Amalkan Al-Qur’an secara Objektif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *