Wawasan Wasathiyah Tangkal Ekstremisme
Aliansi Indonesia Damai- Paham terorisme masih menjadi ancaman nyata bagi masyarakat luas. Dalam beberapa tahun terakhir ledakan bom bunuh diri masih terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk ledakan bom di pintu gerbang Gereja Katedral Makassar, pada Maret 2021.
Menyikapi hal itu, pemimpin Pondok Pesantren An-Nahdlah Makassar, KH. Firdaus Muhammad, mengajak masyarakat untuk memperkuat pemahaman Islam wasathiyah. Ajaran Islam yang mengedepankan perdamaian, menghormati perbedaan, dan memberikan pelindungan bagi masyarakat luas mampu menangkal ancaman paham ekstrem.
Baca juga Imam Besar Istiqlal: Amalkan Al-Qur’an secara Objektif
“Kita perlu moderasi beragama. Alhamdulillah, di Pondok Pesantren An-Nahdlah kami selalu mengajarkan ajaran Islam yang wasathiyah, sehingga sejauh ini belum ada indikasi-indikasi terjadinya pelaku teroris dari santri atau alumni,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam Diskusi dan Bedah Buku La Tay’as: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya yang digelar AIDA bekerja sama dengan Ponpes An-Nahdlah Makassar, Minggu (26/9/2021).
Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa ancaman paham terorisme bisa terjadi di mana pun dan kepada siapa saja. Salah satu pelaku serangan teror bom di Makassar ternyata berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar pesantren An-Nahdlah. Peristiwa itu menjadi perhatian pesantren bersama masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman paham ekstrem.
Baca juga Dialog Ulama Sulsel dengan Penyintas Bom Thamrin
“Kami sangat memberikan perhatian terhadap ancaman terorisme. Beberapa pelaku teroris di Makassar justru berasal dari sekitar daerah An-Nahdlah. Ini tantangan kita ke depan. Ternyata teroris itu ada di sekitar kita,” ujar Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar itu.
Ia lantas mengajak masyarakat untuk tidak terprovokasi dari kejadian-kejadian sensitif keagamaan yang viral di media sosial. Mulanya dia mengaku khawatir atas terjadinya pembakaran Mihrab Masjid Agung Makassar beberapa waktu lalu yang sempat viral. Namun setelah diklarifikasi dan ditangani oleh pihak berwenang, motif pelakunya karena merasa kesal sering diusir takmir masjid lantaran seringkali menggunakan masjid sebagai tempat istirahat. Pelaku juga ditengarai dalam pengaruh narkoba.
Baca juga Penyintas Bom Ajak Ulama Sulsel Bangun Perdamaian
Ia pun mengajak umat untuk menampilkan agama yang damai. Sebab, sikap beragama yang wasathiyah dapat menghilangkan streotip terhadap umat Islam yang oleh beberapa kalangan dianggap sebagai agama teror. “Karena mereka melakukan kekerasan mengatasnamakan agama,” katanya.
Atas semua kekerasan yang terjadi, ia mengaku lebih waspada dan mengambil ibroh dari kejadian teror, terutama di wilayah Makassar. “Keluarga besar PP An-Nahdlah menjadikan ini ibroh, pembelajaran. Jangan sampai santri atau keluarga terpapar paham ekstrem. Kita semua mesti mewaspadai jangan sampai ada paham ekstrem yang menyusup di tengah-tengah kita semua,” katanya memungkasi sambutan. [AH]