29/04/2022

Menolong Korban dan Mantan Pelaku Terorisme

Aliansi Indonesia Damai- Aksi-aksi kekerasan terorisme masih menjadi ancaman bagi perdamaian Indonesia. Di kalangan pelakunya, sebagian dari mereka sejatinya mungkin berniat baik karena ingin membantu saudara sesamanya yang dizalimi di belahan wilayah lain. Hanya saja, cara yang mereka gunakan keliru fatal sehingga menimbulkan korban yang tak bersalah. Kedua belah pihak, baik korban dan pelaku, perlu ditolong untuk mewujudkan Indonesia yang lebih damai.

Pernyataan itu disampaikan Fikri, perwakilan AIDA, saat memberikan sambutan dalam acara Diskusi Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di Madrasah Aliyah Sunan Gunung Jati, Losari Cirebon, akhir Maret lampau. Ia mengutip salah satu hadis Nabi Saw yang memerintahkan untuk membantu pertobatan orang yang berbuat salah dan mendampingi korbannya. “Tolonglah saudaramu, baik yang zalim maupun yang dizalimi’,” ujarnya.

Baca juga Menjaga Perdamaian di Cirebon

Atas dasar itulah AIDA menghadirkan kisah-kisah pertobatan mantan pelaku dan kisah ketangguhan korbannya kepada generasi pelajar. Menurut Fikri, peran kedua belah pihak dapat berkontribusi besar bagi terwujudnya perdamaian di Indonesia. “Kita akan menyerap hikmah dari kisah-kisah mereka. Harapannya perdamaian di Indonesia, bahkan dunia bisa terus terpelihara. Tidak ada lagi korban dan tidak ada lagi pelaku ekstremisme dan terorisme,” katanya.

Master Ilmu Politik Universitas Indonesia itu menekankan pentingnya menegakkan perdamaian. Sebab, peristiwa terorisme tidak hanya menimbulkan ketakutan-ketakutan, tetapi juga kerugian dan penderitaan bagi para korbannya. “Para korban adalah mereka yang tidak punya salah apa-apa, tidak punya masalah dengan pelakunya. Mereka sedang bekerja, sedang belajar, tetapi tiba-tiba terkena pengeboman dan harus menerima dampak kerugian,” ungkap Fikri.

Baca juga Suara Damai Generasi Tangguh Indramayu

Ia lantas menceritakan pengalaman para tokoh-tokoh perdamaian yang mendirikan AIDA untuk menyuarakan kisah-kisah korban dan titik balik pertobatan pelakunya. “Jadi pada tahun 2013 para pendiri AIDA bertemu dengan salah satu korban bom di Jakarta. Dari itu, hasil pemikiran beliau-beliau, AIDA dibentuk sebagai lembaga kemasyarakatan yang fokus pada kampanye perdamaian lewat suara korban dan mantan pelakunya,” ujarnya.

Fikri menegaskan pentingnya kesadaran kolektif untuk mendampingi korban terorisme sekaligus pelakunya. Harapannya, kedua belah pihak dapat menjadi inspirasi bagi pembangunan perdamaian di Indonesia. “Korban harus ditolong, pelaku harus ditolong. Kita selamatkan agar dapat bangkit dan mereka (pelaku) tidak tersesat lagi,” ujar Fikri memungkasi sambutannya. [AH]

Baca juga Belajar Tak Terbatas Dinding Kelas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *