Menebar Perdamaian di kalangan Ulama Riau
Aliansi Indonesia Damai- “Selama ini kita hanya menjadi penonton, siapa korban, siapa pelaku. Kita tidak pernah tahu isi hati paling dalam dari pelaku dan korban. Namun difasilitasi oleh AIDA, jadi turut memahami betul apa yang menjadikan pelaku melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama yang luhur. Dan di sisi lain sebagian korban juga belum mendapat perhatian.”
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Waryono Abdul Gofur, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendis Kemenag RI saat menjadi Keynote Speaker Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Tokoh Agama yang digelar AIDA pada 25-26 Juni 2022 di Pekanbaru, Riau. Kegiatan diikuti 26 orang dari kalangan pimpinan pondok pesantren, organisasi pemuda, dan organisasi keagamaan.
Baca juga Islam Menghormati Hak Dasar Manusia
Waryono mengapresiasi kegiatan ini karena mengajak publik untuk memahami aksi-aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama secara utuh. Menurut dia, dalam konteks terorisme, kerapkali orang salah memahami ayat-ayat perang, sehingga menganggapnya tepat jika dipraktikkan di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Suyanto, penyintas Bom Bali 2002, untuk membagikan kisahnya. Pria asli Surabaya ini terkena ledakan bom saat sedang bekerja. Jarak Suyanto dengan titik ledakan cukup dekat. Badannya terlempar beberapa meter. “Tubuh saya merasakan panas, ternyata sudah terbakar. Saya tidak bisa berdiri, merangkak ke jalan besar, kaki saya juga tertusuk paku sedalam 30 cm,” ujarnya.
Baca juga Penyintas Terorisme Berkisah di Depan Ulama Riau
Berbulan-bulan Suyanto menjalani pengobatan sampai sembuh. Sekarang ia telah bangkit meneruskan hidupnya. Dengan difasilitasi AIDA, kini ia bahkan bergandengan dengan para mantan pelaku terorisme untuk mengampanyekan perdamaian.
Selain dari korban, para peserta juga diajak menyimak pembelajaran dari Sofyan Tsauri, mantan pelaku terorisme. Ia merupakan mantan polisi yang terpapar paham ekstremisme. Ketidakadilan di Palestina menjadi salah satu pemicunya untuk terlibat dengan kelompok ekstrem.
Baca juga Mantan Napiter Bertutur di Hadapan Ulama Riau
Selain itu Sofyan juga merasa tidak puas dengan pemerintah Indonesia. Ia ingin berjihad menolong saudara-saudara muslim yang tertindas di pelbagai belahan dunia dengan jihad kekerasan. Namun belakangan ia menyadari bahwa pemikiran dan cara yang ditempuhnya keliru.
Salah seorang peserta asal Rokan Hilir mengaku sangat terkesan dengan kisah korban maupun mantan pelaku terorisme. “Ketika para korban memaparkan sedih mereka sakit juga hati ini, seandainya saya seperti itu, nggak sanggup” ujarnya. [FKR]
Baca juga Pesan Ketua MUI untuk Tokoh Agama Riau