Pelajar Harus Berpikir Seimbang
Aliansi Indonesia Damai- Pelajar harus memiliki nalar yang cermat, kritis, dan seimbang, sehingga tidak mudah terbuai oleh segala doktrin maupun paham yang belum teruji kesahihannya. Terlebih jika implementasi atas doktrin itu justru menimbulkan mudarat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pesan tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Wilayah IX Jawa Barat, Dewi Nurhulaela, dalam kegiatan “Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang digelar AIDA di SMAN 1 Tukdana, Indramayu, Jawa Barat, awal Agustus 2003 lalu.
Baca juga Kadisdik Wilayah IX Jabar: Pelajar Harus Teliti Sebelum Bertindak
Dalam kegiatan tersebut, AIDA menghadirkan kisah hidup mantan pelaku terorisme yang telah bertobat. Mereka mampu terlepas dari belenggu pemikiran nirdamai, menemukan kesadaran untuk mentas serta meninggalkan kelompok kekerasan, dan kini bergerak menyuarakan perdamaian. Selain itu juga dihadirkan kisah perjuangan para korban terorisme.
Menurut Dewi, para mantan pelaku terorisme adalah orang-orang yang belajar agama dan kitab suci sebagaimana kebanyakan orang pada umumnya. Hanya saja mungkin penafsirannya yang berbeda. Lantaran kuatnya doktrin ekstremisme kekerasan yang diterimanya, para mantan pelaku tak memikirkan dampak atas aksi mereka.
Baca juga Kepala Disdik Wilayah IX Jabar: Anak-Anak Harus Tangguh
Ia mengimbau agar para pelajar tak segan untuk bertanya dan mendiskusikan segala informasi yang masih janggal, tak hanya tentang agama tetapi juga topik-topik lain. “Kita bertanya dulu kepada guru kita, orang tua kita, kepada orang-orang yang lebih mengerti, lebih paham. Jadi ketika menerima informasi itu jangan langsung ditangkap, harus dipikir, dibolak-balik, ditanyakan, didiskusikan,” ujarnya berpesan.
Melalui proses tersebut, ia berharap para pelajar bisa berpikir secara normal dan teliti sebelum bertindak. Agar tidak ada lagi orang-orang yang nekat melakukan aksi terorisme atas nama perjuangan agama padahal kenyataannya justru menimbulkan banyak korban tak bersalah.
Baca juga Menabur Bibit Ketanggguhan di SMAN 1 Kandanghaur
Dewi mengaku terharu menyimak kisah para korban terorisme yang harus menyembuhkan luka fisik dan psikis dalam waktu lama. Ia bisa membayangkan betapa beratnya seorang perempuan yang ditinggal oleh suaminya, anaknya, atau sebaliknya.
“Bagaimana berusahanya seorang ibu atau seorang bapak tadi untuk menghilangkan traumatiknya dia, untuk dia bisa bangkit dari keterpurukan, dari rasa ketakutan, rasa kesedihan, dan mungkin berbagai macam perasaan yang berkecamuk dalam dadanya,” ucapnya.
Pada akhir sambutannya, Dewi mendoakan agar para korban terorisme diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menjalani kehidupan. [YNWH-MSY]
Baca juga Kepala SMAN 1 Sukagumiwang: Orang Beriman Tak Suka Kekerasan