28/08/2023

Kadisdik Wilayah IX Jabar: Pelajar Harus Teliti Sebelum Bertindak

Aliansi Indonesia Damai- Kepala Dinas Pendidikan Wilayah IX Jawa Barat, Dewi Nurhulaela, mewanti-wanti para pelajar agar berpikir panjang dan mendalam sebelum bertindak. Apakah tindakannya akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain atau malah sebaliknya. Terlebih jika itu berupa tindak kekerasan.

Hal itu disampaikan oleh Dewi usai menghadiri kegiatan ”Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang dilaksanakan AIDA di SMAN 1 Tukdana, Indramayu, awal Agustus 2023 lalu.

Baca juga Kepala Disdik Wilayah IX Jabar: Anak-Anak Harus Tangguh

Dalam kegiatan itu, AIDA menghadirkan kisah para korban aksi teror bom serta mantan pelaku terorisme yang telah bertobat. Para penyintas terorisme berhasil bangkit dari keterpurukan akibat peristiwa terorisme dan berdamai dengan kenyataan. Sementara mantan pelaku menunjukkan ketangguhan dengan pertobatannya dari jalan kekerasan.

Belajar dari kehidupan korban terorisme yang mengalami derita dalam waktu panjang, Dewi mengambil pelajaran bahwa setiap tindak kekerasan berdampak besar bagi siapa pun yang terkena. Tak hanya cedera fisik namun trauma psikis yang lama.

Baca juga Menabur Bibit Ketanggguhan di SMAN 1 Kandanghaur

Dalam konteks generasi pelajar kini, Dewi prihatin dengan maraknya geng-geng motor yang melakukan aksi kriminal, terutama penganiayaan. Akhirnya banyak korban yang jatuh bergelimpangan karena perilaku buruk itu.

”Contoh, kemarin itu ada anak SMA di Majalengka, ada juga yang di Indramayu, mereka masuk geng motor, orang yang tidak berdosa di pinggir jalan, ibu-ibu yang lagi belanja di pasar disabet pakai celuritnya dia. Itu kan mereka tangannya jadi buntung,” ujarnya mencontohkan.

Baca juga Kepala SMAN 1 Sukagumiwang: Orang Beriman Tak Suka Kekerasan

Menurut Dewi, pelaku jelas tidak punya rasa empati karena tidak memikirkan dampak pada diri korbannya. ”Mereka kehilangan masa depan. Walaupun mungkin mereka juga harus bangkit dari keterpurukannya. Cuma ’kan rasa malu, rasa sedih kehilangan tangannya, kemudian kehilangan harapan, dan sebagainya,” katanya.

Masih dari kisah kehidupan korban terorisme, Dewi mengambil pelajaran tentang pentingnya menghapus dendam dan mengubahnya menjadi energi maaf. Para mantan pelaku menyesal telah bergabung dengan kelompok terorisme dan meminta maaf kepada korbannya. Pada saat bersamaan para korban berjiwa besar untuk memaafkan.

Baca juga Menjaga Sekolah dari Perilaku Nirdamai

”Ini contoh juga ketika kita berselisih dengan kawan, jangan pernah dendam. Ada ’kan yang pendendam. Kalau kita lihat di TV itu karena di-bully oleh teman-temannya kemudian akhirnya membakar sekolah. ’Kan rugi, orang lain tidak bisa sekolah akhirnya. Jadi, yang rugi orang banyak,” ucapnya.

Memungkasi testimoninya, Dewi menyampaikan empati dan simpati sebesar-besarnya kepada korban terorisme. ”Mudah-mudahan mereka juga diberikan umur yang panjang, sehat selalu, anak-anaknya juga bisa melanjutkan kehidupannya. Dan, kita harus menjadi orang yang pemaaf, dan jangan menjadi pendendam,” tuturnya mengakhiri. [MS]

Baca juga Pribadi Tangguh Menolak Tawuran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *