25/09/2023

Gotong Royong untuk Perdamaian

Aliansi Indonesia Damai- Perdamaian bukan hanya menjadi tanggung jawab negara dan aparatnya, tapi masyarakat juga harus berkontribusi. Salah satu praktik yang paling mudah adalah tradisi gotong royong. Aktivitas tersebut dapat memupuk rasa kebersamaan dan kemanusiaan antarsesama.

“Bukan dilihat semata-mata dari aktivitasnya, tapi ada unsur kemanusian. Bagaimana kita ada rasa respect to others, ada rasa untuk peduli kepada yang lain. Itu yang utama. Itu yang bisa menciptakan perdamaian,” ujar Agung Nugroho, Kepala SMK Ketintang Surabaya, saat memberikan sambutan dalam sesi pembukaan kegiatan “Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang digelar AIDA di sekolah tersebut, awal September silam.

Baca juga Siswa SMA Ulul Albab Surabaya: Terorisme Melampaui Batas

Dalam kegiatan ini AIDA menghadirkan kisah para korban aksi teror bom serta mantan pelaku terorisme yang telah bertobat. Para penyintas terorisme berhasil bangkit dari keterpurukan dan berdamai dengan kenyataan. Sementara mantan pelaku menunjukkan ketangguhan dengan pertobatannya dari jalan kekerasan. Kedua pihak tersebut kini bahu-membahu mengampanyekan perdamaian kepada khalayak luas.

Dalam konteks merawat perdamaian, Agung menyoroti kondisi demografi masyarakat Indonesia yang beragam dan berbeda-beda dalam hal suku, agama, ras, pilihan politik, dan sebagainya. Meskipun demikian, perbedaan itu tak seharusnya memicu konflik dan pertikaian antarsesama.

Baca juga Pesan Damai Siswa SMA 10 Muhammadiyah Surabaya

“Inilah yang harus kita sikapi secara bijak. Perbedaan itu hal yang wajar bisa terjadi, di mana pun tempatnya, termasuk di kelas kalian. Anda pasti sering terjadi berbeda pendapat ‘kan? Di situlah kita dilatih untuk menerima pendapat orang lain. Dan kita harus legawa menyikapi sebuah keputusan yang bersifat kolektif,” kata Agung.

Kegiatan ini diikuti oleh 80-an siswa perwakilan pengurus kelas dan organisasi kesiswaan. Usai kegiatan, salah seorang peserta mengaku mendapatkan banyak ilmu tentang kiat-kiat menghindari kekerasan. Menurut dia, semestinya orang harus mudah memaafkan dan tidak menyimpan dendam. “Kita harus belajar ikhlas,” ujarnya.

Baca juga Kepala SMK Diponegoro Surabaya: Hati-Hati Cuci Otak Ekstremisme

Pernyataan tersebut tak hanya di lisan, tapi sudah dilaksanakannya. Salah satu kerabat siswa tersebut merupakan korban dalam peristiwa Bom Surabaya tahun 2018 silam. Ia berpesan kepada generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam aksi-aksi kekerasan yang hanya merugikan banyak orang yang tidak bersalah. [FAH]

Baca juga Membentuk Karakter Pelajar di SMA Trimurti Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *