Mengokohkan Mahasiswa sebagai Intelektual Organik
Aliansi Indonesia Damai- “Mahasiswa FISIP ini, kita jangan hanya sekadar riset atau menjadi kutu buku, tapi harus jadi apa itu istilahnya, kaum intelektual yang organik.”
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Dekan bidang Akademik dan Kerjasama Universitas Lampung, Bandar Lampung, Dedy Hermawan, saat memberikan sambutan dalam kegiatan “Seminar Sehari Halaqoh Perdamaian: Belajar dari Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” yang digelar di Universitas Lampung, akhir September 2023 lalu. Acara tersebut dihadiri 148 civitas akademika dari beberapa kampus di Bandar Lampung dan sekitarnya.
Menurut Dedy, mahasiswa harus ikut terlibat dalam gerakan-gerakan untuk Indonesia yang lebih damai. “Pikiran-pikiran kita jangan seperti menara gading, melainkan harus menjadi sumbu perubahan atau elemen perubahan di kalangan masyarakat,” katanya.
Menilik kasus-kasus terbaru, sebagian mahasiswa justru berkebalikan dari harapan tersebut. Pasalnya kelompok mahasiswa justru menjadi lahan subur bagi infiltrasi pemikiran-pemikiran ekstrem yang menghalalkan kekerasan. Dedy mencontohkan, salah satu pelaku serangan tunggal di Mapolda Metro Jaya beberapa waktu lalu yang merupakan seorang mahasiswi.
“Indoktrinasi yang begitu hebat sehingga seseorang ingin berkorban demi janji surga yang membahagiakan. Oleh karena itu perlu dikaji apa sebenarnya akar dari gerakan terorisme ini,” ujarnya.
Dedy mengucapkan terima kasih kepada pihak AIDA dan seluruh pihak yang membantu terselenggaranya kegiatan ini. Ia merasa senang bisa ikut dan terlibat dalam gerakan kampanye damai ini.
Dalam kesempatan ini AIDA menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten, antara lain korban terorisme dan mantan pelaku terorisme. Penyintas terorisme setelah melalui perjuangan yang berliku-liku berhasil bangkit dari keterpurukan dan berdamai dengan kenyataan. Sementara mantan pelaku menunjukkan ketangguhan dengan pertobatannya dari jalan kekerasan. Kedua pihak tersebut kini bahu-membahu mengampanyekan perdamaian kepada khalayak luas.
Laode Arham, Deputi Direktur AIDA, dalam sambutannya menyampaikan bahwa dari kisah kedua pihak tersebut ada banyak sekali pembelajaran, khususnya terhadap mahasiswa, baik dalam konteks akademis ataupun konteks pergerakan. “Pergerakan tidak berhenti saat ini tapi terus bergerak untuk Indonesia yang lebih damai,” katanya. [FKR]