09/10/2023

Aspirasi Damai Maulid Nabi

Dalam kalender Hijriah atau tahun Islam, saat ini kita masih berada dalam bulan Rabiul Awal atau lazim disebut bulan Maulid Nabi Muhammad Saw, kelahiran utusan Allah panutan umat Islam sedunia. Umat Islam menyambut dan merayakan kelahiran penghulu seluruh Nabi tersebut.

Menurut sejarah, pada saat kelahirannya, alam semesta menyambutnya dengan suka cita. Karena beliau sejatinya diutus Tuhan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lilalamin). Beliau telah memberikan segenap cinta dan kasih sayangnya untuk semua sahabatnya, keluarganya, umatnya, bahkan musuh-musuhnya. Seluruh makhluk ada dalam perhatiannya.

Baca juga Memahami Perundungan

Beliau adalah teladan sepanjang masa. Seluruh ras dan bangsa-bangsa di dunia telah mengenalinya. Kalaupun tidak mengikuti agamanya, mereka belajar tentang sejarah dan akhlak Nabi. Berbagai golongan umat Islam juga selalu memujinya. Hampir seluruh negara yang mengaku sebagai negara Islam, mengadakan peringatan maulid Nabi di istana masing-masing.

Kita di Indonesia, semua lapisan masyarakat memujanya: kaya raya, miskin papa; tua muda, laki-laki perempuan. Berbagai instansi pemerintah, ormas Islam, lembaga pendidikan, berlomba-lomba menggelar peringatan Maulid. Bahkan orang-orang (narapidana) yang sedang menjalani hukuman di Lapas-Lapas pun ikut menggelar perayaan tersebut.

Baca juga Peace Food sebagai Upaya Perdamaian

Sementara itu, di kampung-kampung, di masjid, surau, dan musala, salawat Nabi selalu berdendang mengiringi doa-doa, pengharapan dan sembah sujud umat kepada Sang Khalik. Malam yang gelap, siang yang terang benderang telah menjadi saksi betapa banyak umat manusia yang selalu bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Maulid Nabi, secara sosiologis dan kultural telah menjadi salah satu identitas kolektif umat Islam di seluruh dunia. Hal yang melekat pada “tubuh kolektif” tersebut adalah atribut yang inklusif. Ia menembus sekat ideologi politik, batas wilayah dan negara, melampaui tirai organisasi dan apa pun yang melekat pada setiap individu, kelompok, golongan dan bangsa di dunia ini.

Baca juga Medsos untuk Perdamaian

Umat Islam harus belajar dan mengambil hikmah dari perayaan Maulid ini. Hakikatnya Rasulullah yang sejati adalah untuk semua, bukan hanya untuk segelintir manusia mukmin. Kemanfaatan ajaran Nabi tidak hanya untuk kemuliaan umat Islam, melainkan untuk martabat dan kehormatan seluruh umat manusia. Ia membimbing semua insan ke jalan yang benar, yang damai tanpa kekerasan.

Bila ada kekerasan, itu bersifat darurat, terpaksa, dan terukur. Hanya untuk melindungi diri, sehingga “tindakan” tersebut masih bisa dibenarkan secara hukum. Oleh karenanya, sebagai antitesis dari perdamaian, tindak kekerasan hanya diberikan kepada pihak yang diberi amanat oleh hukum. Ada aturan dan mekanisme yang ketat.

Baca juga Praktik-Praktik Jihad

Setiap orang dan komunitas atau golongan tidak dibenarkan mengambil keputusan sepihak untuk menyerang kelompok lain atas nama Islam dan klaim mengikuti Rasulullah. Karena setiap keputusan dan tindakan yang melibatkan banyak orang harus melalui mekanisme “fiqih” yang melekat pada negara: UU dan peraturan terkait, serta birokrasi dan aparat penegak hukum. Itulah salah satu ajaran Rasulullah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Bila korban kekerasan sudah berjatuhan, maka negara wajib untuk memberikan keadilan dan pelindungan pada korban. Dalam kasus kekerasan-terorisme, sesuai regulasi yang berlaku, negara wajib memberikan kompensasi kepada korban dan menghukum pelaku secara adil, serta membina pelaku agar kembali ke jalan yang benar.

Baca juga Tips Bangkit dari Keterpurukan

Secara pribadi, korban dapat memaafkan pelaku tanpa melupakan peristiwa tragis yang dialaminya. Memaafkan pelaku kekerasan adalah sunnah Rasul. Josuwa Ramos, korban Bom Kuningan 2004 merasa sangat berat menerima takdir yang dia alami setelah peristiwa nahas tersebut. Ia yang mualaf mendapat serangan dari orang yang mengaku diri sebagai mujahid dan pejuang Islam. Perasaan tidak logis dan menyakitkan hati mendera batinnya selama berbulan-bulan.  Sampai suatu saat, Josuwa membaca dan mendengar kisah-kisah Nabi. Betapa Rasulullah mau memaafkan dan menyayangi orang-orang yang membenci dan memusuhinya. Sejak saat itu, ajaran Rasulullah tersebut seolah menjadi ‘the living sunnah” dalam keseharian Josuwa.

Melalui peringatan maulid Nabi, kita sebagai bangsa harus menegaskan ulang pentingnya menjaga perdamaian, melalui sikap-sikap yang inklusif, positif, menyayangi, dan terbuka untuk semua golongan, termasuk golongan-golongan yang membenci dan memusuhi kita. Sikap tersebut kita tunaikan dalam keseharian, baik melalui media sosial maupun tindakan nyata.

Baca juga Menghindari Marah kala Puasa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *