23/02/2024

Memahami Pentingnya Perdamaian dari Kisah Penyintas

Aliansi Indonesia Damai- AIDA menggelar kampanye perdamaian bertajuk Dialog Interaktif: “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 11 Bekasi, akhir Januari lalu. Kegiatan diikuti oleh 50 pelajar sekolah tersebut dari lintas kelas dan organisasi. Tujuan penyelenggaraan kegiatan tersebut adalah meningkatkan ketahanan generasi muda terhadap pengaruh ideologi kekerasan.

Salah satu narasumber dari kegiatan ini adalah Sucipto Hari Wibowo, korban dari aksi serangan teror Bom Kuningan tahun 2004. Pada saat kejadian, Sucipto mendapat tugas untuk mengambil dan mengantarkan dokumen penting dari tempat kerjanya. Saat melintas di depan Kedutaan Besar Australia di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, sebuah mobil boks berwarna putih meledak hingga menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Sucipto mengingat, dirinya beserta motor yang ia kendarai terempas akibat ledakan itu. Dia terluka dan motornya pun ringsek, tapi ia tidak sempat menyadarinya di awal. Yang diprioritaskannya malah tugas dari kantornya. Sambil menahan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, dia meraih motornya yang tergeletak rusak. Dia paksakan agar kendaraannya bisa berjalan lagi.

Baca juga Kisah Korban Menginspirasi Pelajar Sixtam untuk Tangguh

Dengan usaha keras akhirnya Sucipto berhasil menyalakan motor. Ia pun bergegas menuju tempat tujuan untuk mengambil dokumen, kemudian segera kembali ke kantornya untuk menyerahkan dokumen pekerjaan itu kepada atasannya. Saat selesai menjalankan amanah itulah Sucipto mulai merasakan sakit kepala yang luar biasa. Sudah beristirahat berjam-jam di kantornya, sakitnya tak berkurang. Sampai dirumah hingga keesokan harinya pun dia masih merasa kesakitan. Keluarganya terkejut saat mengetahui ternyata dirinya menjadi salah satu korban bom. Akibat peristiwa itu, Sucipto merasakan luka di beberapa bagian tubuhnya. Yang paling parah adalah luka di bagian gendang telinga, yang membuat dirinya beberapa kali merasakan pusing dan sempoyongan.

Seiring waktu, Sucipto berhasil pulih dari penderitaan akibat terorisme, kendati rasa sakit di kepala terkadang datang sewaktu-waktu hingga saat ini. Namun, hambatan itu tak menghentikannya untuk bertransformasi dari korban menjadi penyintas. Fitrahnya seorang penyintas, ia telah berdamai dengan keadaan, melampaui penderitaan yang pernah membuatnya terpuruk akibat bom. Tak hanya bangkit menjadi penyintas, Sucipto juga menggalang persatuan di antara sesama korban terorisme di seluruh Indonesia dengan maksud saling menguatkan. Dia juga memutuskan untuk berekonsiliasi dengan mantan pelaku terorisme yang telah bertobat demi tujuan mulia, yakni mewujudkan Indonesia yang lebih damai. 

Baca juga Tangguh Menyikapi Masalah

Salah seorang siswa SMAN 11 Kota Bekasi mengaku salut akan ketangguhan yang ditunjukkan oleh Sucipto. Siswa tersebut memuji sifat amanah dan profesionalisme yang diteladankan oleh Sucipto, yang tetap menjalankan tugasnya, meskipun kondisinya saat itu sedang tidak baik-baik saja. “Pelajaran yang dapat saya ambil, kita harus saling menghargai sesama, dan jangan membalas kekerasan dengan kekerasan. Pak Sucipto mengajarkan kalau misal pernah mengalami pengalaman buruk, terus sudah survive, maka itu namanya jadi penyintas. Tapi ada syaratnya, yaitu harus sudah ikhlas sama diri sendiri, sama apa yang dialami di masa lalu, dan mampu memaafkan orang-orang yang sudah berbuat ketidakadilan,” ujar siswi berkerudung tersebut.

Siswa lainnya mengaku mendapat pembelajaran penting dari Dialog Interaktif: “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh.” Dia berpikiran, inisiatif AIDA sangat bagus sebab menguatkan pendidikan karakter bagi anak-anak muda seperti dirinya dan rekan-rekannya siswa SMAN 11 Bekasi. “Di sini kita belajar tentang perdamaian. Banyak banget sharing pengalaman dari pemateri-pemateri yang mengajarkan kita apa itu perdamaian, keikhlasan. Terutama pentingnya memahami pemahaman dan pergaulan di zaman sekarang. Dan, juga tentang bagaimana memperbaiki diri dan membangun lingkungan dengan penuh perdamaian,” ungkap siswa tersebut. [FAH]

Baca juga Pendidikan “Menyelamatkan” Mantan Ekstremis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *