19/02/2024

Kisah Korban Menginspirasi Pelajar Sixtam untuk Tangguh

Aliansi Indonesia Damai- Ni Kadek Ardani, korban Bom Bali pada 1 Oktober 2005 silam, mengisahkan sepenggal pengalaman hidupnya di hadapan 50 pelajar SMAN 6 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, dalam Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang  dilaksanakan AIDA, Rabu (31/1/2024).

Kadek, sapaan akrabnya, mengaku kejadian tersebut merupakan kenangan pahit yang tak pernah terlupakan. Dia tidak hanya mengalami luka berat di sebagian anggota tubuhnya, tetapi juga harus rela kehilangan pekerjaan, sumbernya menafkahi keluarga. Meskipun demikian, dengan semangat hidup yang tersisa, dia terus berjuang untuk bangkit dari keterpurukan.

Baca juga Tangguh Menyikapi Masalah

“Saya tidak bisa bekerja selama delapan bulan karena saya harus fokus dengan perawatan. Selama delapan bulan itu saya tanpa penghasilan. Tetapi, bagaimana pun juga saya harus menghidupi keluarga saya,” ucap perempuan asal Jimbaran, Bali ini.

Kini Kadek telah bangkit dan melanjutkan hidup. Ia sempat bekerja lagi di beberapa kafe sebelum akhirnya kini membuka toko kelontong. Selain itu, ia berkomitmen untuk aktif mengampanyekan perdamaian agar tidak ada lagi orang yang menjadi korban sepertinya. Kadek memutuskan untuk menjalin rekonsiliasi dengan mantan pelaku terorisme yang telah bertobat dan bersatu menjadi Tim Perdamaian AIDA demi masa depan Indonesia yang lebih damai.

Baca juga Pendidikan “Menyelamatkan” Mantan Ekstremis

“Saya bergabung di Tim Perdamaian bersama AIDA menjadi duta perdamaian,” ujarnya mantap.

Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta dari Kelas XI Sixtam, julukan SMAN 6 Tambun Selatan, berdialog dengan Kadek. Ia menanyakan apakah Kadek memiliki trauma pasca kejadian bom dan bagaimana caranya mengatasi trauma tersebut.

Kadek menyatakan memang sempat merasakan trauma. Dia mengaku sempat takut bila mendatangi tempat kejadian yang telah membuatnya terluka. Namun, dukungan dari keluarga dan rekan-rekannya sesama korban menguatkannya. “Terutama Ibu. Beliau sangat mendukung saya, memberi semangat untuk bangkit. Saya juga dibantu teman-teman kerja, teman-teman sesama korban, kita saling menyemangati melawan trauma tersebut,” katanya.

Baca juga Penyintas: Kita Harus Memikirkan Masa Depan

Beberapa siswa mengapresiasi ketangguhan Kadek dalam berjuang untuk bangkit pascakejadian mengerikan tersebut. Di antaranya ialah peserta perwakilan Kelas XI IPS 4. Ia mengatakan, kisah Kadek membuatnya belajar untuk tidak mudah patah semangat dan tidak membalas dendam.

Peserta lain mengatakan bahwa kegiatan Dialog Interaktif membuatnya paham bahwa sebagai manusia harus senantiasa berupaya menjadi tangguh. “Menjadi manusia tangguh adalah ketika kita bisa mengubah diri kita menjadi lebih baik lagi, ketika dihadapkan oleh ketidakadilan jangan membalas dengan ketidakadilan lagi,” ujar siswi Sixtam asal Kelas X.4 tersebut.

Baca juga Siswa SMAN 2 Bogor: Jangan Puas dengan Satu Sudut Pandang

Yuliana, Kepala Sekolah SMAN 6 Tambun Selatan, dalam sambutannya menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, langkah AIDA ini mampu menguatkan kekompakan, toleransi, dan kebersamaan anak-anak didiknya. Terlebih lagi, di sekolah yang dipimpinnya banyak siswa-siswi yang berasal dari berbagai daerah dan bermacam agama. “Kedatangan AIDA membuat saya berpikir untuk membuat Duta Perdamaian di sekolah, sehingga menjadi kader-kader perdamaian hasil kegiatan kita ini,” ujarnya.

Ketua Pengurus AIDA, Hasibullah Satrawi, menyebut kegiatan ini dilaksanakan AIDA sebagai ajakan untuk belajar bersama-sama menguatkan diri menghadapi tantangan zaman dan kerapuhan yang merajalela. “Tangguh menghadapi tantangan zaman dan kerapuhan yang merajalela, jangan menyerah dengan keadaan apa pun, sampai melakukan aksi kekerasan, termasuk kekerasan yang membahayakan eksistensi kita sebagai pribadi maupun negara,” pungkasnya. [MSH]

Baca juga Kepsek SMAN 2 Bogor: Nilai Perdamaian Perlu Ditanamkan sejak Dini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *