Ketulusan Albert Christiono Memaafkan Pelaku Terorisme
Aliansi Indonesia Damai- Siang itu, di hadapan lima puluh pelajar SMKN 5 Makassar, Sulawesi Selatan, dengan tenang dan lapang dada, Albert Christiono memanggil Suryadi Mas’ud untuk menghampirinya. Lalu Albert dan Suryadi berpelukan. Seketika tepuk tangan bergemuruh.
Albert Christiono adalah seorang korban bom di Kedutaan Besar Australia Jakarta pada 9 September 2004, sementara Suryadi Mas’ud adalah seorang mantan pelaku terorisme yang telah Insaf.
Momen itu terjadi saat Albert membagikan kisahnya dalam kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMKN 5 Makassar yang diselenggarakan Aliansi Indonesia Damai (AIDA), awal Oktober lalu.
Dialog interaktif digelar untuk menguatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya perdamaian dan semangat ketangguhan. Selain di SMKN 5, kegiatan safari kampanye perdamaian juga diselenggarakan di SMAN 1, SMAN 5, SMAN 2, dan SMKN 8 Makassar dengan menghadirkan narasumber mantan pelaku terorisme yang telah insaf dan korban terorisme.
“Saya sebagai korban dengan tulus hati selalu memberikan maaf kepada mantan pelaku karena sudah kembali ke jalan perdamaian,” tutur Albert.
Albert menyatakan dirinya tak mendendam pada pelaku yang telah melukai dirinya. Bahkan beberapa tahun silam, ia menceritakan pernah dipanggil oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk memberikan kesaksian pada persidangan pelaku Bom Kedubes Australia di Jakarta. Saat itu, hakim menanyakan dirinya apakah mengenal pelaku pengeboman?
“Saya melihat ke pelaku, lalu saya jawab saya tidak mengenalnya. Sejak saat itu, saya sudah tidak memikirkan siapa pelakunya. Sejak kejadian saya tidak menyimpan dendam terhadap pelakunya,” ujarnya.
Ia tidak ingin kekerasan dibalas dengan kekerasan. Menurutnya, kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah. Albert meyakini cobaan apapun yang menimpa dirinya pasti tidak melebihi kemampuannya. “Ketika kita diberikan cobaan, Tuhan memberikan jalan keluarnya,” tandasnya. [AS]