Bangkit dari Keterpurukan
Artikel ini pernah dimuat Newsletter SUARA PERDAMAIAN Edisi XXXVI, April 2023
Terima kasih kepada AIDA yang telah memberikan kesempatan, khususnya kepada saya, untuk bisa bergabung dalam Tim Perdamaian di Balikpapan selama 7 hari.
Banyak pelajaran yang bisa saya dapatkan, terutama kesempatan untuk saling sharing pengalaman dan saling menguatkan antarkorban. Bahkan tidak hanya antarkorban saja, tetapi juga dengan mantan teroris. Saya bisa bertemu dan bermaaf-maafan secara langsung, serta dapat berpartisipasi langsung dalam menyebarkan perdamaian ke masyarakat, khususnya teman-teman siswa-siswi di sekolah.
Baca juga Dendam Tak Mengembalikan yang Hilang
Dalam kesempatan ini, saya juga ingin memberitahukan kepada teman-teman bahwa terkadang apa yang kita yakini benar belum tentu benar. Sehingga, kita harus memperluas wawasan, melihat segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang. Kemudian, ciptakan dan pupuklah rasa cinta terhadap diri sendiri untuk kemudian bisa disebarkan ke semua orang! Buang semua rasa
benci, sakit hati, dendam! Karena, tidak ada manfaat yang didapatkan dari hal tersebut selain menjadi penyakit untuk diri sendiri dan merugikan orang lain. Ciptakan hubungan yang harmonis dimulai dari lingkaran terkecil/terdekat yaitu keluarga! Pintar-pintarlah dalam memilih lingkaran pertemanan! Dan, bijaklah dalam mengambil suatu keputusan agar apa pun keputusan tersebut memiliki dampak yang positif untuk diri sendiri dan orang lain!
Baca juga Suara Hati Seorang Penyintas
Selalu bersyukur dan ikhlas dengan apa pun yang terjadi dalam hidup kita. Karena, itu semua adalah suatu proses kehidupan yang memang harus terjadi dan harus kita jalani untuk kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Jangan pernah terlena dengan keterpurukan melainkan harus bangkit berjuang untuk bisa keluar dari keterpurukan tersebut!
*Naskah di atas asli ditulis oleh Bulan Chrisanti, penyintas aksi teror Bom Kuningan 9 September 2004. Tragedi tersebut membekaskan trauma yang amat panjang bagi perempuan asal Jakarta ini. Belasan tahun ia ‘sembunyi’ tidak ingin diasosiasikan dengan peristiwa itu, termasuk disebut sebagai korban aksi bom tersebut. Saat ini Bulan mengaku semakin kuat dan terus belajar untuk berdamai dengan fakta yang ia alami.











