Home Pilihan Redaksi Refleksi 20 Tahun Bom Kuningan dari Putri Penyintas
Pilihan Redaksi - Suara Korban - 3 hours ago

Refleksi 20 Tahun Bom Kuningan dari Putri Penyintas

Dua puluh tahun sudah berlalu sejak bom mengguncang Kuningan, Jakarta, pada 9 September 2004. Bagi kebanyakan orang, itu cuma jadi bagian kelam sejarah teror di Indonesia. Tapi buat saya, Bom Kuningan itu sesuatu yang personal. Waktu itu, saya masih balita, baru dua tahun, dan ibu saya salah satu yang jadi korban.

Meski saya masih sangat kecil sampai tidak bisa ingat kejadian itu, efeknya tetap sangat terasa. Gak cuma soal luka fisik, tapi juga luka batin dan pikiran yang terus ada.

Saya dibesarkan dengan kesadaran bahwa teror bisa datang kapan aja, tanpa ada peringatan. Meski tragedi ini meninggalkan banyak memori buruk, tetapi juga memberi saya pelajaran berharga.

Saya tumbuh dengan lebih ngerti tentang pentingnya perdamaian dan keadilan, dan bahwa kita semua punya tanggung jawab buat menghindari kekerasan. Ibu saya, dan semua korban, membuat saya ngerasa bahwa keberanian nggak cuma soal tindakan besar, tapi juga soal semangat untuk bangkit lagi.

Sekarang, dua puluh tahun berlalu, saya tidak cuma mengenang rasa sakitnya, tapi juga kekuatan dan kebersamaan yang muncul. Bom Kuningan membuat kita belajar buat lawan terorisme. Bukan cuma dengan hukum dan keamanan, tapi juga dengan bangun masyarakat yang saling toleran dan penuh kasih. Kita harus selalu menghormati korban dan keluarga mereka, dan terus berjuang buat dunia yang lebih aman dan damai.

Hari ini, saya jadi saksi bahwa dari luka, kita bisa mendapat kekuatan. Dari tragedi, kita bisa dapat harapan.

Yours truly,

Callista, putri dari Nanda Olivia Daniel, penyintas Bom Kuningan 2004

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *