Tantangan Puasa di Era Digital Perspektif Beragama Maslahat
Oleh Muhammad Harfin Zuhdi
(Dosen UIN Mataram)
Artikel ini telah terbit di laman kompas.id, edisi 17 Mar 2025
Puasa adalah ibadah yang memiliki makna substansial sebagai proses transformasi spiritual untuk membersihkan jiwa dalam mendekatkan diri kepada Allah dan membangun hubungan baik dengan sesama. Puasa merupakan ritual universal dan tradisi yang paling banyak diikuti oleh manusia dengan latar agama dan kepercayaan yang beragam.
Praktik puasa sebagai ibadah dan tradisi yang sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu kini menghadapi tantangan dan realitas baru di era digital. Teknologi dan kemajuan komunikasi global telah mengubah cara seseorang berinteraksi, berkomunikasi, dan bahkan memandang kehidupan spiritual. Keberadaan dunia digital yang serba instan dan terhubung memberi dampak besar terhadap cara menjalani puasa.
Konsumsi digital yang mengalihkan fokus puasa
Di satu sisi, fenomena ini membawa dampak positif dalam hal berbagi pengalaman, kebersamaan virtual, dan memperkenalkan ragam tradisi puasa dari berbagai budaya di dunia. Namun, di sisi lain bisa menjadi bumerang. Ada kecenderungan untuk lebih memfokuskan diri pada ”performa” puasa di dunia maya—seperti menunjukkan seberapa viral buka puasa atau sahur yang dilakukan—daripada merenungkan makna spiritual dari puasa itu sendiri.
Baca juga Puasa sebagai Terapi dan Ragam Perspektifnya di Benua Eropa>
Kehidupan di era digital berarti hidup di dunia yang sangat terhubung dengan informasi, dan informasi itu datang dalam bentuk yang tak terbatas. Dalam bulan puasa, waktu yang seharusnya digunakan untuk lebih banyak beribadah dan merenung justru sering kali terganggu oleh notifikasi telepon seluler, video viral, atau bahkan berita yang kurang relevan. Banyak orang yang terjebak dalam rutinitas mengonsumsi konten digital yang, meski menghibur, tidak memberi kontribusi positif pada dimensi spiritualitas ibadah mereka.
Dalam konteks kajian beragama maslahat, fenomena ini menjadi semacam kontradiksi dalam menjalani puasa di era modern. Puasa, yang sejatinya bertujuan untuk meningkatkan kedekatan dengan Allah dan diri sendiri melalui pengendalian nafsu, bisa tergerus oleh distraksi digital yang tak ada habisnya. Di sinilah tantangan nyata: bagaimana mempertahankan kesucian dan tujuan spiritual puasa di tengah hiruk pikuk dunia digital yang masif dan disruptif.
Di dunia digital, nilai-nilai konsumerisme sering kali menjadi hal yang menonjol. Dalam konteks puasa, hal ini tecermin dalam kebiasaan berbuka puasa yang melibatkan pembelian berbagai jenis makanan dan minuman dari layanan daring. Buka puasa seakan menjadi ajang konsumsi berlebihan, semakin banyak yang dibeli dan dipamerkan, semakin dianggap sukses dalam menjalankan puasa.
Beragama maslahat di tengah kemajuan teknologi
Walaupun banyak tantangan yang muncul di era digital, tidak bisa dimungkiri bahwa teknologi juga bisa menjadi sarana untuk mencapai kedalaman spiritual. Platform seperti siniar dakwah daring, aplikasi doa, dan bacaan Al-Qur’an dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman agama. Ini peluang untuk membawa puasa menjadi pengalaman lebih bermakna, bukan hanya secara individu, melainkan juga dalam konteks komunitas global yang lebih besar.
Baca juga Puasa dan Kemenangan Bangsa
Puasa di era digital adalah bentuk transformatif dari sebuah tradisi yang telah ada sejak lama. Di satu sisi, digitalisasi membuka banyak pintu untuk meningkatkan pemahaman dan praktik ibadah. Di sisi lain, hal itu juga membawa tantangan besar dalam menjaga esensi spiritual puasa dari godaan konsumerisme, hiburan digital, dan kebiasaan berbagi yang berlebihan di media sosial.
Umat beragama yang hidup di era digital dituntut lebih bijak dalam menggunakan teknologi. Puasa harus tetap menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah untuk meningkatkan kesadaran nilai moral dan akhlak mulia. Teknologi jika digunakan dengan bijak bisa menjadi alat yang memperkuat kedalaman makna ibadah puasa, tidak hanya sebagai bentuk ritual, tetapi juga sebagai perjalanan transformatif yang membawa pada kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Semoga.