6 days ago

Idul Adha: Momentum Menjaga Perdamaian

Bulan haji telah tiba. Berjuta umat Islam berziarah ke tanah haram, Makkah dan Madinah. Demi melaksanakan rukun Islam yang  kelima, mereka menapaktilasi jejak Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan ibunya Siti Hajar, pada 39 abad yang lampau atau sekitar abad ke-18 sebelum masehi (SM).

Napak tilas bapak agama Samawi dan keluarganya tersebut kemudian disyariatkan sebagai ibadah haji pada bulan Zulhijah tahun ke-9 H atau Maret tahun 631 M, di mana Abu Bakar As-Shiddiq memimpin kafilah haji dari Madinah ke Makkah. Tahun berikutnya (10 H) Rasulullah Saw memimpin haji dan memberi pesan yang paling penting bagi umat Islam. Pesan tersebut disampaikan dalam khutbah haji wada (perpisahan) yang menandai detik-detik berakhirnya risalah kenabian.  

Baca juga Tetap Damai di Era Disrupsi

Dalam haji wada’ tersebut Allah menurunkan ayat terakhir yang berbunyi, “Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku lengkapkan untukmu nikmat-Ku, dan Aku ridhai bagimu Islam sebagai agamamu.” (Q.S. Al-Maidah: 3).  Setiap 10 Zulhijah, yang tahun ini bertepatan 6 Juni 2025, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha yang sangat sarat makna pengorbanan dan persaudaraan yang maksud dan tujuannya untuk membangun perdamaian.  

Bulan haji dan hari raya Idul Adha mengajarkan tentang pengorbanan untuk satu tujuan yang mulia. Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anaknya Ismail adalah ikon pengorbanan tertinggi. Ibroh dan pembelajarannya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan untuk perdamaian dunia.

Seorang pelajar dituntut untuk mengorbankan waktu santai dan bermain demi belajar dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Orang kaya dituntut mengorbankan hartanya, seorang pejabat dan aparat negara dapat menyerahkan dignity dan kehormatannya untuk kemaslahatan publik dan sebagainya. Kita masing-masing dapat berkorban untuk kebaikan bersama sebagai umat, bangsa dan negara, yang secara simbolik ditandai dengan penyembelihan hewan qurban.

Semangat pengorbanan tersebut tentu dilandasi oleh semangat persaudaraan dan kesetaraan untuk semua umat manusia dari berbagai negara, bangsa, sekte, mazhab, warna kulit dan ras. Dalam ibadah haji, mereka sama-sama mengenakan busana ihram yang putih, lambang dari hati yang bersih dan jiwa yang suci. Jika bukan karena ikatan persaudaraan seiman maka tidak ada kebersamaan dan kedamaian untuk menjalankan ibadah haji.

Baca juga Merayakan Syawal sebagai Bulan Perdamaian

Ibadah haji yang mabrur pada akhirnya menyempurnakan keislaman seseorang. Islam berarti menyerah, pasrah, dan tunduk sepenuhnya pada Allah, bukan pada ideologi, jabatan dan kepentingan duniawi. Dengan sikap tersebut maka akan tercipta kedamaian. Kesempurnaan seorang muslim tecermin dari sikapnya yang penuh damai, sebagaimana kata Islam yang berasal dari aslama,  yuslimu, islaman yang berarti salam  atau kedamaian.

Oleh karena itu, indikator kolektif dan universal dari ibadah haji yang menyempurnakan keislaman jutaan umat di Makkah (dan miliaran umat Islam di planet ini) adalah adanya usaha terus menerus dari seluruh komponen umat, bangsa, dan negara untuk terus menjaga perdamaian dunia, mencegah potensi konflik, kekerasan, dan terorisme, serta tidak pernah menyerah untuk memerjuangkan kedamaian, terutama di negeri-negeri muslim yang masih dilanda konflik, peperangan, dan agresi.  

Perjuangan untuk perdamaian, baik melalui diplomasi, bantuan kemanusiaan, dan doa menjadi sangat penting belakangan ini di tengah situasi Gaza yang belum reda dan ketegangan di sejumlah kawasan. Langsung atau tidak langsung, konflik, kekerasan dan perang tersebut berkaitan dengan kepentingan umat Islam dan kemanusiaan kita secara universal.

Melalui semangat haji dan kurban tahun ini, umat muslim di seluruh dunia dapat mengambil momentum untuk kembali menguatkan secara kolektif upaya-upaya diplomasi dan kerja sama lintas mazhab, sekte, budaya, dan negara untuk perdamaian dunia. Namun untuk bisa melakukan itu semua, kaum muslim harus mengorbankan ego pribadi, kepentingan ideologis dan sektoralnya, bersatu dalam semangat persaudaraan keimanan dan kemanusiaan.

Sehingga ibadah haji tidak saja bermakna bagi para jemaah haji, melainkan juga punya arti bagi seluruh kaum muslim dan bermanfaat bagi umat manusia. Perayaan Idul Adha sejatinya mendorong kita untuk terus berkorban dan bergandengan tangan untuk menjaga perdamaian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *