Mahasiswa YARSI Bedah Film ‘Tangguh’. Photo: Dok. AIDA
Home Berita Mahasiswa YARSI Bedah Film ‘Tangguh’
Berita - 04/01/2019

Mahasiswa YARSI Bedah Film ‘Tangguh’

ALIANSI INDONESIA DAMAI – Sebanyak 49 mahasiswa pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Yarsi Jakarta mengikuti Diskusi dan Bedah Film ‘Tangguh’ di Café Jimbaran Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (15/12/2018). Kegiatan dilaksanakan oleh BEM Universitas Yarsi dengan dukungan Aliansi Indonesia Damai (AIDA). ‘Tangguh’ adalah karya dokumenter AIDA yang menggambarkan kehidupan penyintas dan mantan pelaku aksi terorisme. Melalui film ini diharapkan masyarakat bisa meneladani ketangguhan korban dan mantan pelaku melampaui berbagai tantangan kehidupan.

Film ‘Tangguh’ diawali dengan pengakuan khilaf dan pernyataan maaf dari pelaku peledakan Bom Bali I, Ali Imron. Terpidana seumur hidup kasus bom di Legian, Bali pada 12 Oktober 2002 itu meminta maaf kepada para korban aksi terorisme, khususnya korban Bom Bali, atas perbuatannya di masa lalu yang telah menimbulkan penderitaan bagi korban dan keluarganya.

Para korban langsung, yang terkena dampak ledakan bom, mengalami cacat permanen dan harus mengkonsumsi obat hingga jangka waktu yang tak dapat ditentukan. Sementara itu, bagi para korban tidak langsung, yaitu keluarga yang ditinggalkan, kehilangan orang terkasih menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan, terlebih bila korban yang tiada ialah tulang punggung keluarga.

Sejumlah mahasiswa terlihat mengernyitkan dahi saat beberapa adegan film menayangkan dampak fisik yang dialami korban. Beberapa kali isak tangis juga terdengar dari mahasiswa yang khusyuk menyaksikan film.

Di balik segala penderitaan itu, dalam film ditekankan bahwa para korban tidak menyimpan kebencian terhadap pelaku. Mereka memilih untuk memaafkan. Salah satu pemeran dalam film, Sudirman A. Talib, korban Bom Kuningan 2004, menyatakan bahwa dengan memaafkan hidup terasa lebih ringan, tidak ada yang memberatkan di dalam hati.

‘Tangguh’ juga menggambarkan pengalaman tiga orang yang pernah bergabung dengan organisasi teroris dan terlibat dalam konflik kekerasan di sejumlah tempat di Indonesia pada awal Reformasi. Mereka mengakui bahwa keyakinan dan aktivitas mereka di masa lalu adalah suatu kesalahan besar. Mereka pun meminta maaf kepada korban, serta berharap agar masyarakat mewaspadai paham dan ajaran keagamaan yang menyimpang, yang pernah mereka ikuti.

Mahasiswa YARSI Bedah Film ‘Tangguh’
Mahasiswa YARSI Bedah Film ‘Tangguh’. Photo: Dok. AIDA

 

Usai pemutaran film berdurasi 30 menit itu para mahasiswa berdiskusi. Beberapa pertanyaan muncul dari peserta, di antaranya tentang korban dan semangat hidupnya untuk bangkit dari musibah. Ada juga yang bertanya seputar liku-liku kehidupan mantan pelaku.

Seorang peserta menyampaikan apresiasi kepada AIDA yang memproduksi film ‘Tangguh’. Melalui film ini, kata dia, masyarakat secara umum, khususnya generasi muda, diingatkan agar selalu menjaga perdamaian serta mewaspadai penyebaran paham-paham yang melegalkan kekerasan, seperti terorisme.

Diskusi dan Bedah Film ‘Tangguh’ yang diikuti mahasiswa Universitas YARSI merupakan kegiatan perdana dari rangkaian kampanye perdamaian AIDA di kampus. Setelah kegiatan ini akan menyusul empat kali Diskusi dan Bedah Film ‘Tangguh’ di empat kampus perguruan tinggi di Jakarta dan Bekasi. [LA, F, AH]