Merajut Kebersamaan Untuk Perdamaian

Aliansi Indonesia Damai- Diskusi bertema “Merajut Kebersamaan dan Pemutaran Film Tangguh” yang digelar di Pendopo Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, akhir November 2019, menjadi kesempatan bagi tokoh agama dan masyarakat untuk mencanangkan komitmen bersama mewujudkan perdamaian di lingkungan sekitar. Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari Halaqah Alim Ulama dan Pelatihan Perdamaian di Kalangan Tokoh Agama yang digelar AIDA beberapa bulan sebelumnya.

Anggota jaringan Gusdurian Solo, Ajie Najmudin, mengajak masyarakat menolak paham-paham yang mengarah pada kekerasan. Ia menyerukan agar masyarakat mengedepankan dialog dan musyawarah apabila muncul kesalahpahaman. ”Paham yang berpotensi kepada kekerasan harus kita tolak. Untuk itulah kita harus selalu melakukan diskusi dan dialog untuk membangun dan saling mengenal satu sama lain,” katanya.

Baca juga Menebar Maaf Demi Maslahat

Sementara Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Banyudono mengharapkan, kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus mempererat kebersamaan untuk terciptanya keamanan dan kedamaian di lingkungan masing-masing. “Kita hadir di tempat ini sebagai bukti bahwa kita ingin lingkungan kita aman, negara aman dan damai. Kita sebagai masyarakat mudah-mudahan terus bisa menjaga persatuan dan kesatuan. Dengan persatuan, masyarakat dan lingkungan jadi aman,” ujarnya.

Ia mengingatkan berbagai fenomena kekerasan yang terjadi mutakhir di Indonesia. Menurut dia, sikap paling baik atas berbagai kekerasan yang ada adalah merajut kebersamaan di antara tokoh-tokoh masyarakat. Pasalnya, kebersamaan adalah kunci untuk perdamaian di tengah-tengah masyarakat. “Karena itu inti dari kita hidup bermasyarakat,” katanya menegaskan.

Baca juga Takmir Masjid Agung Surakarta Suarakan Perdamaian

Salah seorang narasumber dalam kegiatan itu, Fajar Novi menyatakan , kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Sudah banyak bukti bahwa tindakan kekerasan justru menimbulkan kekerasan yang baru dan persoalan-persoalan akan terus berlanjut. “Kekerasan itu tidak akan menguntungkan sama sekali,” kata perempuan yang juga alumni Pelatihan Perdamaian AIDA tersebut.

Novi mengajak masyarakat untuk mengambil pembelajaran dari kisah orang-orang yang terdampak aksi terorisme. Sebagaimana kisah di dalam film, sejumlah korban tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, tetapi membalasnya dengan memaafkan. “Para korban mengalami proses-proses berat dalam hidupnya. Mereka bisa berdamai dengan dirinya, mampu ikhlas memaafkan pelaku yang sudah mengambil orang yang begitu dicintainya,” katanya.

Tidak hanya korban, menurut Novi, mantan pelaku yang telah bertaubat sesungguhnya juga inspirasi bagi masyarakat. Butuh keluasan hati untuk mengakui kesalahan-kesalahan di masa lalu dan memperbaikinya untuk masa depan. “Para mantan pelaku juga mengalami proses yang berat. Ketika mereka ingin pergi dari kelompok kekerasan, mereka tentu dimusuhi juga oleh orang-orang yang masih di kelompok mereka. Belum lagi harus bertemu korban,” ucapnya. [AH]

Baca juga Tokoh Agama Klaten: Tolonglah Saudaramu yang Zalim Atau Dizalimi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *