11/04/2023

Risalah Islam dan Kehidupan yang Baik

Aliansi Indonesia Damai- Agama Islam dirisalahkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai rahmat bagi sekalian alam. Merujuk pada Al-Quran Surat Al-Anbiya: 107, ajaran yang dibawa oleh Rasulullah mengandung rahmat yang berlaku universal, atau dikenal dengan rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi sekalian alam).

Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, KH. Dr. Hamim Ilyas, menerangkan bahwa pewahyuan Islam bukan tanpa kebutuhan, melainkan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini, kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan objek dalam ayat tersebut, yakni al-’alamin atau sekalian alam. “Kebutuhannya al-‘alamin itu apa? Untuk makhluk hidup, kebutuhannya adalah hidup baik. Dalam Al-Quran disebut hayah tayyibah.

Baca juga Tragedi Terorisme Luka Bangsa Indonesia

Demikian Hamim mengatakan dalam Halaqah Alim Ulama: Menguatkan Ukhuwah Melalui Pendekatan Ibroh di Samarinda, Kamis (9/3/2023). Kegiatan yang diselenggarakan AIDA bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) tersebut dihadiri 113 tokoh agama dari kalangan pesantren, majelis taklim, dewan kemakmuran masjid, dan akademisi kampus Islam.

Hamim menjabarkan, kata rahmat dalam rahmatan lil ‘alamin, merujuk pada kitab Mufradat Alfadz Al-Quran karya Al-Asfahani, didefinisikan sebagai perasaan lembut atau cinta kasih yang mendorong untuk memberikan kebaikan nyata yang masuk akal bagi pihak yang dicintai. Mengingat umat manusia adalah bagian dari al-’alamin, maka dengan kata lain, Islam dirisalahkan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan baik (hayah tayyibah) bagi manusia.

Baca juga Moderasi Beragama Tangkal Ekstremisme

Dosen UIN Sunan Kalijaga tersebut kemudian menjelaskan tiga kriteria hayah tayyibah berdasarkan pendapat para sahabat. Pertama, rezeki halal, berdasarkan gagasan Ibnu Abbas dalam satu riwayat. Kedua, qana’ah atau kepuasan, yang didasarkan pada pendapat Ali bin Abi Talib. Ketiga, kebahagiaan, merujuk pada pendapat Ibnu Abbas dalam riwayat yang lain. “Tafsir sahabat ini menunjuk sebagian perolehan iman dan amal saleh yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 62, yaitu lahum ajruhum ‘inda rabbihim wa la khawfun ‘alayhim wa la hum yahzanun (bagi mereka ganjaran di sisi Tuhan, tidak ada ketakutan atas mereka, dan mereka tidak bersedih hati),” ungkapnya.

Oleh sebab itu, ukuran hayah tayyibah dalam Al-Quran, lanjutnya, juga ada tiga kriteria. Pertama, sejahtera sesejahtera-sejahteranya/ar-rafahiyah kulluha sebagai konsekuensi dari lahum ajruhum ‘inda rabbihim. Yang kedua, damai sedamai-damainya/as-salamu kulluha sebagai konsekuensi dari wa la khawfun ‘alayhim. Ketiga, bahagia sebahagia-bahagianya/as-sa’adatu kulluha yang merupakan konsekuensi dari wa la hum yahzanun.

Baca juga Menebar Perdamaian di kalangan Ulama Riau

Ukuran-ukuran hayah tayyibah tersebut semestinya diwujudkan oleh umat Islam sebagai pewaris risalah Islam yang rahmatan lil ‘alamin. “Sejahtera sesejahtera-sejahteranya, damai sedamai-damainya, dan bahagia sebahagia-bahagianya di dunia dan di akhirat. Yang di dunia ini adalah sesuai dengan kemampuan manusia untuk mewujudkannya,” tuturnya. [F]

Baca juga Islam Menghormati Hak Dasar Manusia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *