09/03/2021

Peran Perguruan Tinggi Menangkal Ekstremisme

Aliansi Indonesia Damai– Perguruan Tinggi diminta berperan aktif dalam menangkal ekstremisme kekerasan, terutama yang mengatasnamakan agama. Insan akademis diyakini dapat berkontribusi penting bagi terciptanya perdamaian di Indonesia.

Pengajar jurusan sosiologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Mintarti, mengatakan, mahasiswa termasuk salah satu pihak yang menjadi sasaran perekrutan oleh kelompok ekstremisme kekerasan yang mengatasnamakan agama. Karena itu, mahasiswa harus lebih kritis dalam menyikapi pandangan keagamaan yang cukup beragam di dunia kampus.

Baca juga Dekan FISIP Unsoed: Terorisme Tantangan Bersama

“Seperti kisah mereka yang hijrah ke Suriah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di bawah ‘negeri Islam’. Seperti mereka yang terjebak dengan ISIS tentang sebuah ide ‘negara Islam’. Semua dianggap mudah,” kata Mintarti saat menjadi narasumber dalam seminar sehari: Halaqah Perdamaian: Belajar dari Kisah Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” yang digelar AIDA secara daring pada akhir  Februari lalu.

Menurut dia, kelompok ekstrem biasanya mudah menyalahkan pandangan kelompok lain, terutama kelompok yang mengambil jalan tengah. Salah satu sebabnya adalah merasa kelompoknya yang paling benar dan paling memperjuangkan agama. “Mereka melakukan perlawanan terhadap kelompok moderat seperti NU dan Muhammadiyah,” ujarnya.

Baca juga Berjemaah Membangun Damai

Dalam kajian sosiologi, agama memiliki dua sisi wajah. Pertama sebagai inspirasi dan sumber moral. Kedua, agama sebagai aspirasi untuk melakukan konflik yang berujung kekerasan. Ekstremisme kekerasan adalah cerminan dari penyalahgunaan agama sebagai landasan untuk melakukan kekerasan.

Mintarti mengungkapkan, agama sejatinya adalah sumber perdamaian. Kesalahan dalam memahami Islam dan ajarannya juga dapat berpotensi menjerumuskan seseorang pada tindakan kekerasan. “Biasanya orang-orang yang berpikir ekstrem lemah dalam memahami sejarah dan dakwah Islam,” tutur akademisi yang pernah mengikuti beberapa kegiatan AIDA itu.

Baca juga Menumbuhkan Semangat Persaudaraan

Generasi muda, yang notabene masih dalam proses pencarian identitas dan kepribadian, rentan terpapar ekstremisme bila tidak dibekali oleh pondasi pengetahuan agama yang baik dan benar. “Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa pelaku terorisme sebagian besar usianya masih muda,” ujarnya.

Karena itu Mintarti berharap, mahasiswa dapat menangkal paham dan kelompok ekstrem di lingkungan kampus. Salah satu ikhtiarnya adalah dengan menghargai pandangan kelompok lain yang berbeda dan tidak merasa pemahamannya yang paling benar. [FS]

Baca juga Saatnya Mayoritas Menyuarakan Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *