03/03/2021

Menumbuhkan Semangat Persaudaraan

Aliansi Indonesia Damai- Nilai-nilai perdamaian tidak hanya untuk dipelajari secara teoretis, tetapi juga harus diamalkan dalam kehidupan nyata. Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan rasa persaudaraan dan solidaritas yang kuat antarkelompok masyarakat.

Menurut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jarot Santoso, M.S, perdamaian tumbuh dari semangat persaudaraan di antara individu dan kelompok masyarakat. Ia menilai, kisah pertobatan mantan teroris dan korbannya relevan untuk menumbuhkan semangat persaudaraan antarsesama.

Baca juga Saatnya Mayoritas Menyuarakan Perdamaian

“Kegiatan ini bagus untuk menumbuhkan nilai-nilai persaudaraan dan menegakkan perdamaian,” ujarnya saat memberi sambutan dalam acara seminar sehari: “Halaqah Perdamaian, Belajar dari Kisah Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” yang digelar AIDA secara daring pada Selasa (23/2/2021).

Menurut Jarot, nilai-nilai perdamaian penting ditumbuhkan di kalangan mahasiswa. Karena itu, ia bersama civitas akademika Unsoed mengklaim telah mengupayakan kurikulum berbasis perdamaian. Harapannya, mahasiswa dapat berperan penting untuk mewujudkan perdamaian di lingkungan kampus.

Baca juga Saat Mantan Ekstremis Belajar dari Korban

Dalam hematnya, upaya membangun perdamaian tidak cukup hanya ditanamkan di dalam pengajaran semata, tetapi juga harus dicontohkan dengan kasus-kasus riil. Rekonsiliasi antara mantan pelaku ekstremisme kekerasan dan korban terorisme menjadi contoh kasus perihal bahaya kekerasan yang terbukti merugikan semua pihak. “Mudah-mudahan dari kegiatan ini, kurikulum juga bisa kita kembangkan berbasis kasus, tidak hanya sebatas teoretis,” ungkapnya.

Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama AIDA dengan Laboratorium Sosiologi FISIP Unsoed. Hadir sejumlah narasumber, antara lain sosiolog Universitas Indonesia, Imam B Prasodjo, Dekan Fisip Unsoed, Jarot Santoso, M.S, mantan pelaku terorisme, Ali Fauzi Manzi, penyintas bom Kampung Melayu 2017, Susi Afitriyani, Ketua Pengurus AIDA, Hasibullah Satrawi, Mintarti, Elis Puspitasari, dan Sulyana Dadan, ketiganya merupakan pengajar Unsoed. (AH)

Baca juga Jihad Tak Bisa Dihilangkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *