Memahami Terorisme dari Konteks
Aliansi Indonesia Damai – Puluhan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Purwokerto dan sekitarnya mengikuti kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa yang diadakan AIDA secara daring sejak Selasa (16/5/2021). Kegiatan ini direncanakan akan berlangsung selama tiga hari.
Hasibullah Satrawi, Ketua Pengurus AIDA, dalam paparannya mengajak generasi muda intelektual untuk memahami terorisme dari konteksnya, alih-alih langsung merujuk pada teks. Konteks yang dimaksud adalah pengalaman langsung dari para korban terorisme dan mantan pelakunya.
Baca juga Imam Prasodjo: Adaptasi Kunci Kemajuan
Menurut dia, dari penuturan para korban, mereka sama sekali tidak mengenal pelaku teror maupun mengerti motif dari aksi yang menyisakan dampak destruktif pada diri mereka. “Melihat terorisme dari pengalaman korban, maka terorisme adalah sebuah kejahatan yang tidak korelatif antara pelaku dan korbannya,” ujar Hasibullah.
Target utama terorisme justru bukanlah para korban. Sehingga tidak seorang pun terlindungi secara penuh dari potensi terorisme, baik sebagai korbannya atau justru menjadi pelakunya. Maka dalam hemat Hasib, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga perdamaian, yaitu memertahankan kondisi nirkekerasan.
Baca juga Terorisme Menyengsarakan Korban dan Pelakunya
Perdamaian dapat terjaga ketika ada aturan dan batasan yang melingkupinya. Namun melihat fakta bahwa banyak dari manusia yang ingin bebas, maka perlu diciptakan batasannya sendiri. Dalam konteks inilah narasi kekorbanan harus diangkat. “Situasi kekorbanan adalah batasan diskursus. Sekiranya pikiran kita sudah mengarah pada kekerasan, maka itu batasannya,” ujarnya.
Hasibullah berpesan kepada generasi muda untuk menjadikan narasi korban sebagai orientasi aksi gerakan. Gerakan yang tidak memiliki orientasi akan mudah ditunggangi kepentingan kelompok tertentu.
Baca juga Peran Perguruan Tinggi Menangkal Ekstremisme
“Gerakan kita harus berpihak kepada kemaslahatan orang yang sebanyak-banyaknya. Berpihak kepada mereka yang lemah dan dilemahkan, dan juga kepada perdamaian,” katanya memungkasi paparan.
Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, IAIN Purwokerto, Institute Ilmu Al-Qurán An Nur Yogyakarta, Institute Teknologi Telkom Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, dan juga Universitas Peradaban Bumiayu Brebes. [WTR]