15/03/2021

Imam Prasodjo: Adaptasi Kunci Kemajuan

Aliansi Indonesia Damai- Tantangan memperkuat gerakan perdamaian makin nyata ketika dunia dihadapkan pada situasi pandemi Covid-19. Pagebluk semestinya tidak melemahkan gerakan perdamaian. Masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan situasi ini.

Sosiolog Universitas Indonesia, Imam B. Prasodjo, mengatakan hal itu saat menjadi keynote speaker dalam acara seminar sehari bertajuk “Halaqah Perdamaian: Belajar dari Kisah Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” yang digelar AIDA secara daring, akhir Februari lalu. Menurut Imam, perubahan dunia dan penemuan-penemuan baru harus menjadi pendorong untuk meraih kesejahteraan dan perdamaian, bukan menimbulkan konflik dan permusuhan.

Baca juga Terorisme Menyengsarakan Korban dan Pelakunya

“Dunia sudah melebihi revolusi industri. Seluruh dunia mengalami hal yang sama. Kita dituntut beradaptasi dan berkolaborasi. Saya berharap ayat-ayat qauliyah dapat berdampingan dengan ayat-ayat kauniyah sehingga perdamaian akan terus hadir di muka bumi ini,” ungkap Pembina AIDA itu.

Imam menjelaskan bahwa cara berpikir dan tindakan-tindakan lama tidak akan bertahan, namun sebaliknya perubahan akan terus terjadi. Terlebih melihat kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat, generasi muda dituntut lebih inovatif dan menyikapi kemajuan dengan bijaksana. Pasalnya, bila tidak digunakan dengan baik dan benar, perubahan justru akan melahirkan malapetaka.

Baca juga Peran Perguruan Tinggi Menangkal Ekstremisme

Generasi sekarang tidak lagi mengandalkan media massa mainstream, akan tetapi mengandalkan media sosial. Hal ini memengaruhi jejaring masyarakat yang berkembang luas. “Temuan-temuan digitalisasi makin berkembang, pasar-pasar tradisional akan kalah dengan online shop. Bahkan kita dapat berkumpul melalui zoom ini dari berbagai daerah. Bisa jadi ini berkah atau musibah,” ucapnya.

Dalam hemat Imam, kemajuan dan perubahan ini harus terintegrasi dengan upaya-upaya membangun perdamaian di kalangan masyarakat. Hal-hal yang baru tidak menjadi musabab konflik dan perpecahan.

Baca juga Dekan FISIP Unsoed: Terorisme Tantangan Bersama

Bila tidak dikelola dengan baik, perubahan berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif yang lebih besar, seperti munculnya kabar bohong dan kebencian di media sosial. “Ini harus terintegrasi, bukan menimbulkan pertentangan dan perpecahan. Belum lagi dampak hoaks,” katanya.

Imam menekankan bahwa adaptasi menjadi kunci untuk menyikapi perubahan-perubahan. Kecerdasan dalam situasi sekarang adalah kemampuan beradaptasi pada perubahan. “Orang yang tidak mampu beradaptasi akan menimbulkan emosional meningkat, karena perubahan begitu meningkat cepat. Ada ketidakpuasan, ada permusuhan, ada kecurigaan yang muncul karena perubahan ini,” tuturnya.

Baca juga Berjemaah Membangun Damai

Oleh karena itu, Imam mengajak generasi muda untuk terus berinovasi demi kemajuan bangsa dan negara . “Negara yang tidak mampu beradaptasi maka akan terseok-seok. Adaptasi tidak hanya dalam dunia digital, akan tetapi sekarang yang lebih penting dengan adanya Covid-19, semua negara berlomba-lomba untuk menyesuaikan diri,” katanya memungkasi. [AH]

Baca juga Menumbuhkan Semangat Persaudaraan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *